Gorontalo Hari Ini
Dinamika Jelang Musda, Persaingan Ketat Perebutan Ketua DPD PDIP Gorontalo
Proses konsolidasi partai berlambang banteng moncong putih ini sedang memasuki tahapan krusial.
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
Setelah lulus SMP, ia memutuskan merantau ke Kendari dan melanjutkan sekolah di SMAN I Kendari. Di sana, ia tinggal bersama seorang sopir koperasi.
"Sebenarnya ada keluarga saya yang punya kelebihan ekonomi, tapi saya tidak memilih tinggal di tempat itu," cerita La Ode dalam podcast TribunGorontalo.com, Jumat (25/10/2024).
Meskipun sudah mendapat pendidikan yang lebih maju, hidupnya tetap sederhana. Setiap hari, ia harus menimba air di pemukiman dan memikulnya ke tempat tinggalnya di lereng pegunungan. Sebagai perantau, La Ode tekun belajar hingga beberapa kali meraih peringkat satu.
Prestasinya mengantarkannya ke Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 1984. Ia diterima tanpa tes, satu dari delapan siswa yang mendapat kesempatan istimewa itu. Saat itu, usianya sudah menginjak 20 tahun.
Nilai-nilai pendidikan sudah ditanamkan sejak kecil oleh orang tuanya. "Dari kita enam orang bersaudara, lima orang jadi sarjana," ungkapnya.
Di IPB, ia hanya mendapat kiriman Rp 75 ribu setiap dua bulan dari orang tuanya. Jauh dari keluarga, La Ode berinisiatif menginventarisasi seluruh mahasiswa asal Sulawesi Tenggara yang kuliah di IPB. "Dan itu menjadi cikal bakal berdirinya Ikatan Mahasiswa Sulawesi Tenggara di Bogor, dan saya pendirinya," jelas La Ode.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia harus mencari penghasilan tambahan, mulai dari menjadi tukang ojek hingga membuka les privat.
Menjelang wisuda, La Ode tidak menghadiri upacara kelulusan. Ia memilih langsung menerima tawaran kerja di sebuah perusahaan kayu di Kalimantan. "Pokoknya saya menyelesaikan proyek itu kurang lebih selama enam bulan," tambahnya.
Awal Karier di Gorontalo
Setelah dari Kalimantan, ia kembali ke Jakarta sebelum akhirnya menerima tawaran kerja di Gorontalo. Di sinilah kisah keluarga dan karier politik La Ode dimulai. Ia mempersunting seorang perempuan dari Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo.
Butuh waktu lama bagi La Ode untuk naik jabatan, dari tenaga teknis hingga menjadi kepala cabang. Pada 1996, ia diangkat menjadi kepala cabang di Manado dengan tugas utama mengurus administrasi. Di Manado, ia menyaksikan gejolak politik yang sangat tinggi, terutama menjelang era reformasi.
Meski begitu, ia mengaku tidak pernah berpikir untuk terjun ke dunia politik. Ia bahkan beberapa kali dipanggil oleh tokoh-tokoh besar PDI Perjuangan Sulawesi Utara. "Saya tidak pernah berpikir menjadi anggota DPRD, Demi Allah," katanya. Namun, karena hobi dan empati terhadap keluhan masyarakat, ia akhirnya terjun total ke dunia politik.
Pada 2000, La Ode dipercaya menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Boalemo. Saat ini, ia menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Gorontalo dan mengemban amanah sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi Gorontalo.
Rentetan pencapaiannya bukanlah jalan yang instan. Perjuangan dan air mata menjadi saksi perjalanan panjangnya: dari desa kecil di Sulawesi Tenggara, menimba ilmu di IPB, hingga akhirnya memilih menetap dan berkarier di Gorontalo.
(tribungorontalo.com/ht)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/DPD-PDI-Perjuangan-Provinsi-Gorontalo-menggelar-konferensi-pers.jpg)