Berita Internasional
Disentil soal Misil, Iran Minta Amerika tak Urusi Sistem Pertahanan Negaranya
Kementerian Luar Negeri Iran menepis keras kritik Amerika Serikat terkait program misilnya.
TRIBUNGORONTALO.COM – Kementerian Luar Negeri Iran menepis keras kritik Amerika Serikat terkait program misilnya.
Juru bicara Kemenlu Iran, Esmaeil Baqaei, menyebut pernyataan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio sebagai “omong kosong” dan menegaskan bahwa kemampuan pertahanan negaranya tidak bisa ditawar.
Rubio, dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu awal pekan ini, menyebut Iran yang memiliki kemampuan nuklir dan rudal jarak jauh sebagai “risiko serius” bagi keamanan dunia.
Namun Teheran menegaskan Washington tidak berhak mencampuri urusan pertahanannya.
“Iran memiliki hak penuh atas kemampuan pertahanannya. Kapabilitas defensif kami bukan untuk dinegosiasikan, dan jelas bukan urusan Amerika Serikat,” kata Baqaei dalam konferensi pers reguler, Rabu (17/9).
Pernyataan keras ini muncul hampir tiga bulan setelah AS membombardir fasilitas nuklir Iran, menyusul serangan Israel yang memicu konflik militer terbuka.
Iran saat itu merespons dengan meluncurkan ratusan rudal ke arah Israel dan pangkalan militer AS di Qatar, memperlihatkan daya gempurnya di kawasan.
Iran menegaskan program nuklirnya bersifat damai, meski laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebelumnya menyebut kadar pengayaan uranium Teheran hampir mencapai level bom.
Sejak serangan Juni lalu, pengawasan IAEA sempat terhenti karena Iran menolak kehadiran inspektur asing.
Rubio menggambarkan Iran sebagai “sponsor utama terorisme dunia” dan memperingatkan ancaman misil Teheran bisa menjangkau jauh melampaui kawasan Timur Tengah.
Sementara Iran balik menuduh AS melakukan “intervensi kriminal” dalam urusan dalam negerinya.
Seorang pejabat militer senior Iran bahkan melontarkan peringatan baru: Teheran siap memperluas jangkauan serangan militernya melampaui serangan konvensional jika kembali diserang.
“Iran akan mempertahankan kemerdekaannya dengan segala cara, dan tidak akan tunduk pada tekanan atau ancaman, baik dari AS maupun rezim Zionis,” tegas Baqaei.
Masa depan ketegangan ini kini akan banyak ditentukan oleh dinamika perundingan Iran dengan IAEA serta negara Eropa (Prancis, Inggris, Jerman).
Jika tak tercapai kesepakatan, mekanisme “snapback” di PBB berpotensi otomatis memulihkan sanksi internasional terhadap Iran. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.