Human Interest Story

Sosok Rusni Yunus Bilaleya, Ibu Penjual Kopi Gorontalo Sekolahkan Anak hingga Jadi TNI

Di tengah sepinya Pasar Dungingi, Kota Gorontalo, masih ada secercah kehidupan yang bertahan di antara lapak-lapak kosong.

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Herjianto Tangahu
KISAH INSPIRATIF -- Rusni Yunus Bilaleya, penjual kopi asal Desa Lamahu, Bone Bolango, tetap setia berjualan di Pasar Dungingi, Kota Gorontalo, Jumat (31/10/2025). Dari usaha kopi yang digelutinya sejak 2017, ia berhasil menyekolahkan anaknya hingga menjadi prajurit TNI 

Ringkasan Berita:
  • Rusni Yunus Bilaleya, penjual kopi asal Desa Lamahu
  • Rusni menghasilkan pendapatan kotor hingga Rp1 juta per hari
  • Rusni berhasil menyekolahkan anaknya hingga lulus pendidikan Tamtama TNI

 

TRIBUNGORONTALO.COM – Di tengah sepinya Pasar Dungingi, Kota Gorontalo, masih ada secercah kehidupan yang bertahan di antara lapak-lapak kosong.

Setiap Jumat, aroma kopi hitam hangat tercium samar dari sudut pasar. 

Sumbernya adalah lapak sederhana milik Rusni Yunus Bilaleya, perempuan tangguh asal Desa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango.

Dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya, Rusni sabar menanti pembeli. Di atas rak kayu miliknya, terjejer tiga pilihan kopi hitam dalam kantong besar, lengkap dengan ukuran liter sebagai penanda harga.

Dari sinilah perjuangan seorang ibu dimulai—perjuangan yang membuahkan kebanggaan terbesar dalam hidupnya.

“Sudah sekitar sembilan tahun saya jualan, mulai tahun 2017,” ujar Rusni membuka cerita.

Usaha kopi ini bukan sekadar pekerjaan baginya, melainkan warisan kehidupan. Setiap hari, Rusni berpindah dari satu pasar ke pasar lain, mengikuti jadwal keramaian pasar rakyat di Gorontalo dan Bone Bolango.

Di beberapa pasar besar, ia selalu membawa mesin penggiling kopi.

“Kalau di pasar Tapa atau Andalas yang memang ramai, saya pasti bawa mesinnya,” bebernya.

Namun di Pasar Dungingi, yang kini ‘mati suri’, Rusni hanya menjual kopi siap saji untuk pelanggan tetap.

“Saya pernah bawa mesinnya, tapi di sini sedikit yang beli, jadi saya bawa yang sudah jadi saja,” tuturnya.

Kopi yang dijual Rusni pun beragam, hasil racikan khas yang ia dapatkan dari Palu, Sulawesi Tengah.

“Macam-macam, Pak. Ada yang rasa jagung, jahe, kayu manis, ada juga yang murni,” imbuhnya.

Perjuangan Rusni tidak ia jalani sendirian. Sang suami selalu setia membantu, terutama dalam proses penggilingan kopi, dan kerap mengantar atau menjemputnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved