Berita Boalemo

Jembatan Roboh di Desa Pentadu Barat–Modelomo Boalemo Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Terancam Banjir

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JEMBATAN RUSAK - Kondisi jembatan penghubung di perbatasan Desa Pentadu Barat dan Desa Modelomo, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Selasa (3/6/2025). Akibatnya warga sekitar terus dihantui keresahan akibat banjir yang kerap masuki rumah mereka akibat jembatan tersebut sering dipenuhi sampah.

TRIBUNGORONTALO.COM, Boalemo – Warga di perbatasan Desa Pentadu Barat dan Desa Modelomo, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, terus dihantui keresahan akibat jembatan penghubung tak kunjung diperbaiki. 

Jembatan ini awalnya menjadi akses penting bagi aktivitas sehari-hari masyarakat ini kini justru berubah menjadi titik rawan bencana.

Robohnya jembatan ini disebabkan oleh banjir besar yang terjadi pada awal tahun 2023 lalu. 

Saat itu, arus air deras menghantam struktur jembatan hingga akhirnya ambruk. 

Baca juga: Keyboardis Band Ungu Wafat, Personel Band Ungu hingga Artis Lainnya Sampaikan Duka Mendalam

Setelah kejadian tersebut, tak ada tindak lanjut dari pihak pemerintah terkait perbaikan atau pengamanan area jembatan yang rusak.

Kondisi ini diperparah dengan penumpukan sampah di sekitar area jembatan.

Material rumah tangga, batang kayu, hingga limbah plastik tampak menggunung, menghambat aliran air sungai.

Akibatnya, setiap kali musim hujan, banjir tidak bisa dihindari. Bahkan, air kini kerap masuk hingga ke pemukiman warga.

“Sudah dua tahun ini kami jadi langganan banjir. Bukan cuma karena hujan besar, tapi juga karena aliran air tertutup oleh sampah yang menumpuk di bekas jembatan itu," ujar Nurlan Monoarfa warga sekitar pada Selasa, (3/6/2025).

Baca juga: Diskon Tarif Listrik 50 Persen di Bulan Juni-Juli 2025 Resmi Dibatalkan, Ini Alasannya

Banjir ini membuat warga khawatir jika hujan deras turun di waktu dini hari.

Mereka harus begadang untuk menyelamatkan barang-barang.

Nurlan juga mengungkapkan selain kerugian material, banjir ini telah membuat warga merasa tidak aman tinggal di rumah sendiri. 

Ia menyebut anak-anak menjadi kelompok paling rentan terdampak karena lingkungan sekitar menjadi licin, kotor, dan berpotensi menimbulkan penyakit.

Hal senada disampaikan Armin Polapa, warga Desa Pentadu Barat.

Rumah Armin berada tak jauh dari aliran sungai, sehingga dirinya dapat dengan mudah memantau pergerakan dari jembatan tersebut.

Halaman
12