“Tapi dia tidak. Dia menyuruh saya pergi, memberitahu anak-anak tentang perceraian, dan berikutnya saya dihubungi oleh pengacaranya.”
Karena sang istri menolak untuk bercerai secara damai, pria tersebut kini harus menghadapi proses hukum yang panjang.
Pengacaranya tentu saja mempertanyakan dasar perceraian yang sangat tidak lazim ini.
Pengacara menyatakan bahwa ramalan AI tidak memiliki dasar hukum, apalagi hanya berdasarkan interpretasi ampas kopi.
Ternyata, ini bukan pertama kalinya sang istri mempercayai hal-hal mistis.
“Beberapa tahun lalu dia berkonsultasi dengan astrolog, dan butuh waktu satu tahun penuh untuk menyadari bahwa semuanya tidak nyata,” kenang suaminya.
Kisah ini menarik perhatian banyak orang karena menyoroti bagaimana teknologi AI, jika disalahgunakan, dapat memicu keputusan yang merusak, terutama ketika dipadukan dengan kepercayaan buta terhadap praktik ramalan seperti tasseography.
Ironisnya, para ahli menyebutkan bahwa ramalan kopi tradisional seharusnya tidak hanya melihat ampas, tetapi juga pola busa, pusaran, dan bentuk pada cawan – sesuatu yang tentu saja tidak dapat dianalisis secara utuh hanya melalui foto yang dikirimkan ke chatbot. (*)