Sampah di Kota Gorontalo

Warga Gorontalo Diminta Tak Buang Sampah Sembarangan untuk Cegah Adanya Banjir

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BANJIR GORONTALO -- Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo, Tahir Laendeng saat diwawancarai Tribun Gorontalo, Jumat (7/3/2035) terkait dengan permasalahan banjir. Ia meminta agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan agar saluran air tidak tersumbat. Hal itu untuk menekan terjadinya banjir cukup parah.

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Warga Gorontalo diminta untuk tak membuang sampah sembarangan.

Buang sampah sembarangan temasuk di saluran air dapat menyebabkannya tersumbat.

Saluran air yang dibiarkan tersumbat ini menyebabkan banjir di mana-mana khususnya di wilayah Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango.

Hal itu diungkapkan Tahir Laendeng, Penata Penanggulangan Bencana Bidang Kedaruratan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo.

Baca juga: BREAKING NEWS: Warga Kelurahan Tenda Blokir Jalan Menuju Pelelangan Gorontalo

Tahir meminta kepada seluruh masyarakat Gorontalo untuk tidak membuang sampah sembarangan lagi.

"Kesadaran masyarakat juga kami minta untuk tidak membuang sampah sembarangan sehingga menutupi saluran-saluran yang ada," ungkapnya, Jumat (7/3/2025).

Kata Tahir, jika kebiasaan buang sampah sembarangan tidak dihilangkan maka Gorontalo ini lama kelamaan akan tenggelam.

Kesadaran membuang sampah ini pada dasarnya harus dimulai dari setiap individu.

Banjir yang kerap terjadi kata Tahir ini bukan hanya karena curah hujan tinggi namun ada keterlibatan faktor lain yakni sampah.

Tahir menyebutkan curah hujan yang cukup tinggi terjadi baru-baru ini banjir menerjang dua wilayah di Provinsi Gorontalo.

Baca juga: BWS Sulawesi II Gorontalo Izinkan Warga Jebol Tanggul, Janji Kirim Alat Besar di Kelurahan Dembe

Wilayah tersebut yakni Kota Gorontalo di Kelurahan Talumolo dan Kabupaten Bone Bolango di Desa Libungo dan Tapadaa.

Kelurahan Talumolo terdapat 152 jiwa dari 57 KK dan 41 rumah warga terendam.

Sementara itu, di Desa Libungo 68 jiwa dari 21 KK dan 15 rumah terendam.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Provinsi Gorontalo Ferdi Adam juga mengimbau masyarakat untuk waspada dengan potensi bencana banjir maupun longsor di tempat tinggalnya.

"Bagi masyarakat di bagian pesisir danau atau sungai bisa berjaga-jaga dengan luapan air sungai, begitupun yang ada di bagian pegunungan karena rawan longsor," jelasnya.

20 Tahun Warga Talumolo Gorontalo Was-was Ketika Hujan Datang, Takut Banjir Menerjang

Rupanya bukan kali ini, Selasa sore (4/3/20254), saja warga Kelurahan Talumolo, Kota Gorontalo, harus berurusan dengan banjir.

Selasa sore kemarin, hujan kembali jadi petaka untuk warga Talumolo, Kota Gorontalo. Banjir bandang menerjang permukiman. 

Pantauan sejak sore kemarin, puluhan rumah terendam banjir, memaksa warga untuk berjibaku dengan genangan air.

Baca juga: Muak 7 Bulan Rumah Tergenang Banjir, Warga Dembe Kota Gorontalo Nekat Jebol Tanggul Danau Limboto

Malam setelah hujan mereda, warga langsung bergerak membersihkan rumah masing-masing.

Genangan air yang masuk ke dalam rumah menyisakan lumpur tebal dan sampah yang terbawa arus.

Bau khas banjir menyelimuti gang-gang sempit di Talumolo. Tampak beberapa rumah kosong ditinggalkan oleh penghuninya.

Salah seorang warga, Yusuf yang sudah tinggal di Talumolo selama lebih dari dua dekade, banjir bukanlah hal baru.

Ia mengaku sudah 20 tahun hidup berdampingan dengan bencana musiman ini.

Rasa khawatir selalu menghantui setiap kali hujan deras mengguyur Kota Gorontalo sejak 2005.

"Kami ini sudah 20 tahun bersahabat dengan banjir. Kalau hujan deras turun, kami pasti was-was. Takut air naik lagi seperti ini," ujar Yusuf saat diwawancarai TribunGorontalo.com.

Baca juga: Warga Kampung Bugis Kota Gorontalo Was-was Saat Turun Hujan Karena Tanggul Jebol

Menurutnya, air yang berasal dari gunung seolah terjebak di permukiman mereka, tidak mengalir dengan lancar ke Sungai Bone. 

Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab utama banjir yang terus berulang.

"Mungkin karena saluran air yang tersumbat atau ada perubahan di aliran sungai, jadi airnya tidak tembus ke sungai bone," tambahnya.

Kata Yusuf warga harus mengalami kerugian materi, dari perabotan rumah tangga yang rusak hingga barang-barang berharga yang tak sempat diselamatkan seperti beras untuk sahur yang terendam banjir.

"Warga lain sudah mengungsi ke rumah keluarga mereka, kalau yang lain tetap bertahan dan membersihkan rumahnya, tapi tetap was-was dengan hujan susulan," tuturnya.

Meski berkali-kali mengalami hal serupa, Yusuf dan warga lainnya tetap bertahan.

Yusuf berharap ada solusi nyata dari pemerintah agar Talumolo tak lagi menjadi langganan banjir."Kami ingin ada perhatian. Kalau terus begini, sampai kapan kami harus hidup dalam kekhawatiran setiap kali hujan turun?" tutup Yusuf. 

Baca juga: Tak Bisa Tidur Nyenyak Saat Hujan, Mince Napu Curhat Soal Banjir Leato Gorontalo

Sementara itu, Mei Tantu dan Wati Tantu hanya bisa pasrah. Banjir bandang yang menerjang Kelurahan Talumolo, Kecamatan Dumbo Raya, Kota Gorontalo, sore tadi, telah menghancurkan persiapan mereka untuk menjalani ibadah puasa.

Di antara banyak kerugian yang mereka alami, kehilangan stok beras menjadi hal paling berat.

Beras yang telah mereka siapkan khusus untuk bulan puasa kini rusak, bercampur lumpur, tak lagi bisa dikonsumsi.

"Pokoknya beras, gula, supermie, telur untuk puasa semua rusak," ujar Mei dengan nada sedih.

Banjir datang begitu cepat, membuat Mei dan warga lainnya tak punya waktu untuk menyelamatkan barang-barang mereka.

Saat air mulai naik sekitar pukul 15.00 Wita, Mei sedang memasak untuk persiapan berbuka puasa di dapurnya.

Tiba-tiba, air bah dari arah jembatan hanya beberapa meter dari rumahnya langsung menerjang permukiman warga.

Baca juga: 185 Jiwa Terdampak Banjir di Talumolo Gorontalo, BPBD Turun Tangan

"Air dari sebelum Magrib, tanggul roboh di sebelah," kata Mei sambil terus membersihkan lumpur yang menutupi lantai rumahnya.

Volume air yang besar membuat tanggul tak mampu menahan arus deras.

Air langsung meluap dan menggenangi puluhan rumah di Talumolo.

Hingga kini, Mei dan Wati masih berusaha keras membersihkan rumah mereka dari lumpur.

Bekas banjir terlihat jelas di dinding rumah, menandakan ketinggian air yang hampir mencapai satu meter.

Tak hanya dapur, material lumpur juga memenuhi teras dan ruang utama rumah mereka.

Barang-barang yang masih bisa diselamatkan, seperti pakaian dan beberapa perabotan, terpaksa disusun di atas kursi agar memudahkan proses pembersihan. (*)