Banjir di Kota Gorontalo
Muak 7 Bulan Rumah Tergenang Banjir, Warga Dembe Kota Gorontalo Nekat Jebol Tanggul Danau Limboto
Selama tujuh terakhir rumah tergenang banjir, sejumlah warga Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, kini mengambil langkah ekstrem.
Penulis: Arianto Panambang | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM – Selama tujuh terakhir rumah tergenang banjir, sejumlah warga Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, kini mengambil langkah ekstrem.
Dengan peralatan seadanya, mereka nekat menjebol tanggul di sekitar Danau Limboto pada Rabu (5/3/2025).
Pantauan TribunGorontalo.com, puluhan warga berbondong-bondong membuat saluran sejak pagi hingga sore tadi.
Mereka menggunakan cangkul, sekop, bahkan tangan kosong demi membuka jalan air yang selama ini menggenangi rumah mereka.
Hujan yang tak henti mengguyur Gorontalo mengubah permukiman Dembe ini seperti desa terapung.
Air hujan menggenangi rumah-rumah. Lantai rumah pun mulai retak, tiang kayu jadi lapuk, dan perabotan rusak.
"Kami sudah tidak tahan. Setiap malam kami tidur dalam ketakutan. Kalau hujan turun sebentar saja, air langsung naik lagi," ungkap Siswati Ibrahim, warga Dembe saat ditemui TribunGorontalo.com, Rabu (5/3/2025).
Siswati lantas menunjukkan tiga rumah yang benar-benar tenggelam sejak Juli 2024.
Lebih parahnya lagi, puluhan rumah lainnya telah terendam sejak 2019.
"Banjir ini bukan lagi dari Danau Limboto, tapi air limbah rumah tangga yang tertahan di sini. Baunya busuk, tak ada sirkulasi air, penuh dengan lintah dan kaki seribu. Kami hidup di antara sarang penyakit," jelasnya.
Lebih lanjut, Siswati menjelaskan warga Dembe terpaksa bertahan di rumah-rumah panggung darurat yang dibangun di atas bangunan lama yang tenggelam.
"Kami seperti burung. Kadang tidak bisa turun karena di bawah sudah penuh hewan-hewan menjijikkan," ujar Siswati.
Di antara warga yang masih bertahan, ada 63 kepala keluarga yang menghuni sekitar 38 rumah.
Tiga rumah di antaranya sudah terendam total selama tujuh bulan. Bahkan ada balita yang hidup dalam kondisi tempat tinggal memprihatinkan itu.
Siswati mengatakan, warga sekitar memasak menggunakan balai bambu atau tempat lebih tinggi yang masih tersisa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.