IKN Gawat DBD

Pekerja IKN di Kalimantan Lemas Akibat DBD dan Gaji Tidak Sesuai yang Dijanjikan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kawasan Istana Negara dan Istana Kepresiden di Ibu Kota Negara Nusantara, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10/2020) sore.

TRIBUNGORONTALO.COM-Nasib puluhan pekerja di Ibu Kota Nusantara (IKN), yang terkena penyakit demam berdarah atau DBD. Satu di antaranya, Muhibah, seorang pekerja asal Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa terbaring lemas di RSUD Sepaku akibat penyakit tersebut.

Ia merupakan warga Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), yang mengadu nasib sebagai pekerja di IKN. Muhibah, yang baru dua hari dirawat di rumah sakit, menceritakan pengalamannya.

Baca juga: Pria di Sergai Sumut Tikam Istrinya Saat Live Facebook, Korban Masih Berhubungan dengan Mantan Suami

Muhibah (49), salah satu pekerja IKN yang harus terbaring lemas akibat DBD. (Tribun Kaltim)

"Sebelumnya, selama lima hari saya mengalami demam tinggi dan lemas, namun mencoba bertahan dan istirahat di mess pekerja. Lantaran tak sanggup lagi, akhirnya dirawat di sini," ujarnya kepada Tribun Kaltim.

Alih-alih mendapatkan untung, Ia justru terkena musibah, yakni terserang DBD. Ia menjelaskan, gejala yang dirasakannya meliputi lemas, mual, dan pusing.

"Saya sudah mencoba untuk memaksa makan agar tetap sehat. Namun ketika masuk sedikit saja langsung muntah. Badan saya terasa benar-benar lemas," kata Muhibah.

Selain sakit DBD, Muhibah juga mengaku gaji yang dijanjikan tidak sesuai dengan pemberitahuan awal. Selama di RSUD Sepaku, Muhibah ditemani keponakannya, M Fajri, yang juga datang ke IKN untuk mengadu nasib.

Baca juga: FPI Gelar Aksi Demo Reuni 411 Tuntut Adili Jokowi dan Tangkap Pemilik Akun Fufufafa

"Baru dua hari saya mendapat perawatan di RSUD Sepaku. Sebelumnya, selama lima hari saya mengalami demam tinggi dan lemas, namun mencoba bertahan dan istirahat di mess pekerja. Lantaran tak sanggup lagi, akhirnya dirawat di sini," kata Muhibah kepada TribunKaltim.co.

Dilema Kontrak Kerja

Muhibah kini berada dalam dilema. Ia harus memutuskan apakah akan melanjutkan kontrak kerja enam bulan atau pulang ke kampung halaman. Selain masalah kesehatan, ia juga mengeluhkan gaji yang tidak sesuai dengan janji awal. Ia mengaku awalnya dijanjikan upah Rp 175 ribu per hari.

Namun, kenyataannya yang diterima tidak sama dengan perjanjian.

"Kalau upah kerja itu Rp 125 ribu per hari, ya itu aja, kalau mau lebih ya lembur, kalau ndak lembur ya ndak bakalan cukup itu."

"Awal-awal kita dengar dijanjikan Rp 175 ribu, nyatanya sampai di sini segini, ya sudahlah," jelasnya.

Baca juga: Motif Pembunuhan Wanita saat Live Facebook Terungkap! Suami Gelap Mata

Lebih lanjut, Muhibah mengungkapkan, selama perawatan, ia harus membeli makanan sendiri, termasuk untuk keponakannya, M. Fajri, yang menemaninya.

"Rumah sakit tidak menyediakan nasi, jadi saya harus keluar duit sendiri untuk beli," keluhnya.

Muhibah berharap bisa pulang setelah sembuh, meskipun kontraknya masih tersisa. Kalau bisa pulang nanti usai sembuh, meskipun kontraknya enam bulan kalau boleh pulang, ya saya pulang," ucapnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dilema Pekerja IKN: Kesehatan Terancam dan Gaji Tak Sesuai, https://www.tribunnews.com/regional/2024/11/05/dilema-pekerja-ikn-kesehatan-terancam-dan-gaji-tak-sesuai.