Nilai-nilai pendidikan karakter berikut harus diterapkan dan ditanamkan pada anak usia dini:
- Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan orang-orang dari agama lain.
- Jujur, sikap dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaannya.
- Toleransi, sikap dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat menghargai dalam perbedaan.
- Disiplin, yaitu perilaku yang tertib dan patuh pada berbagai peraturan dan ketentuan.
- Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh untuk mengatasi berbagai hambatan dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
- Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki.
- Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan tugas.
- Cinta tanah air adalah cara berpikir, bertindak, dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
- Menghargai sikap, pretasi, dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
- Bersahabat atau komunikatif adalah cara bertindak yang menunjukkan rasa senang berkomunikasi.
Dalam bahasa Sansekerta, "buddhaya", bentuk jamak dari "buddhi" (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, istilah culture berasal dari kata Latin Colere, yang berarti mengolah atau mengerjakan. Bisa juga berarti mengolah tanah atau bertani.
Dalam bahasa Indonesia, kata "kultur" juga kadang-kadang digunakan untuk menerjemahkan kata "budaya".
Pengembangan budaya memungkinkan manusia untuk mengontrol atau menekan penggunaan nalurinya sekecil mungkin. Akibatnya, manusia tidak hanya menerima pengaruh alam, tetapi juga tidak mengkonsumsi sumber daya alam (SDA) sebagaimana adanya.
Selain itu, dapat dikatakan bahwa manusia dianggap berkebudayaan jika mereka mampu melakukan pembatasan diri dan menjalani kehidupan mereka berdasarkan azas "kecukupan", atau kebutuhan dasar, daripada hanya menurut keinginan.
Dalam pendidikan anak usia dini (PAUD), proses pembelajaran lebih ditekankan sebagai tempat bermain, di mana anak mulai mengenal orang lain dan berkreasi di bawah bimbingan dan asuhan orang tua atau guru.
Proses pembelajaran di PAUD berfokus pada pengembangan kecerdasan dan kepribadian yang sebenarnya dimiliki setiap anak.
Internalisasi adalah proses penanaman nilai ke dalam jiwa seseorang sehingga nilai-nilai tersebut dapat tercermin pada sikap dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang telah terinternalisasi pada seseorang dapat diidentifikasi melalui tingkah lakunya.
Internalisasi nilai budaya berkembang di masyarakat sebagai hasil dari hak dan cipta manusia dan pada dasarnya tidak hanya diambil dari keluarga, tetapi juga
diambil dari lingkungan sekitar. Itu berarti lingkungan sosial masyarakat dimana budaya itu berkembang sendiri diciptakan oleh aktivitas hidup sehari-hari.
Secara tidak sadar kita melakukannya banyak figur telah mempengaruhi komunitas, seperti kiai, ustadz, dan profesor .
Pada dasarnya, internalisasi telah ada sejak lahir. Internalisasi terjadi melalui komunikasi, yang terjadi dalam bentuk pendidikan dan sosialisasi.
Nilai-nilai budaya yang harus ditanamkan dalam tujuan adalah hal yang paling penting dalam proses internalisasi. Manusia akan menjadi sebuah kepribadian setelah mereka memahami nilai-nilai tersebut.
Internalisasi adalah proses penerapan nilai ke dalam jiwa seseorang sehingga nilai-nilai tersebut tercermin dalam sikap dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai yang diinternalisasikan harus sesuai dengan norma dan aturan masyarakat.