Berita Kabupaten Bone Bolango
Jeritan Petani Gorontalo - Dihantam Kekeringan hingga Diteror Hama, Untung Hanya Seujung Kuku
Sejumlah petani padi di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, menghadapi tantangan serius berupa kekeringan dan serangan hama.
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, SUWAWA – Sejumlah petani padi di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, menghadapi tantangan serius berupa kekeringan dan serangan hama.
Kondisi ini mengancam hasil panen dan keberlangsungan usaha petani di wilayah tersebut.
Simon Ismail (56), seorang petani dari Poowo Barat, Kecamatan Kabila, mengungkapkan bahwa lahan pertaniannya mulai mengering akibat tidak turunnya hujan selama hampir dua minggu.
"Air di sawah saya tinggal sisa dari yang kemarin-kemarin. Yang di sebelah saja sudah kering karena akses air sulit," ujarnya kepada TribunGorontalo.com pada Kamis (24/7/2025).
Simon menambahkan bahwa pasokan air dari Alale Suwawa juga belum mengalir ke jalur irigasi mereka.
Ia berencana menggunakan alat penyedot air (alkon) dari sungai jika hujan tak kunjung turun, namun hal tersebut juga tergantung pada ketersediaan air di sungai.
Meskipun demikian, Simon tetap memutuskan untuk memulai penanaman karena umur benih padi sudah siap tanam, daripada menunggu hujan yang tidak pasti. Pada Juni 2025 lalu, Simon berhasil memanen padinya dan menjualnya seharga Rp700 ribu per 50 kilogram.

Baca juga: Panen Raya di Kabupaten Gorontalo, Harapan Baru Tekan Harga Beras Melambung
Sementara itu, Hasan Husain (52), petani dari Desa Poowo Induk, Kecamatan Kabila, turut menyoroti masalah hama sebagai kendala utama yang sering dihadapi petani.
Ia menyebutkan dua jenis hama, yaitu "buri" dan "tongungu", yang kerap menyerang padi dan menyebabkan kegagalan panen.
"Yang jadi kendala itu hama buri dan tongungu, padi hampir sebagian besar rusak," kata Hasan.
Serangan hama ini berdampak pada penurunan hasil panen, bahkan menyebabkan kerugian bagi petani. Untungnya pun hanya 'seujung kuku'.
Hasan menjelaskan bahwa modal yang dikeluarkan petani rata-rata mencapai Rp2 juta, sementara hasil penjualan 100 kilogram padi hanya sekitar Rp1,4 juta (dengan harga Rp700 ribu per 50 kilogram).
"Rugi sekali itu," keluhnya.
Dinas Pertanian setempat pernah mengambil sampel hama tersebut, dan hasilnya menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk mengatasi hama tersebut.
Meskipun menghadapi tantangan air dan hama, Hasan mengatakan bahwa ketersediaan pupuk dan obat-obatan relatif mudah didapatkan petani.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.