Sejarah dan Budaya Gorontalo

Artefak Usia Ratusan Tahun di Gorontalo Disimpan Cucu Nani Wartabone, Bros Emas Berlapis 44 Berlian

Artefak berusia ratusan tahun diperkenalkan oleh Arisman Wartabone secara eksklusif kepada TribunGorontalo.com, Minggu (27/4/2025).

|
Penulis: Arianto Panambang | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Arianto Panambang
ARTEFAK DI MUSEUM - Momen cucu Nani Wartabone, Arisman Wartabone memperkenalkan lukisan dan bros berusia ratusan tahun. (Sumber Foto: TribunGorontalo.com/Arianto Panambang) 

TRIBUNGORONTALO.COM – Artefak berusia ratusan tahun diperkenalkan oleh Arisman Wartabone secara eksklusif kepada TribunGorontalo.com, Minggu (27/4/2025).

Cucu dari Nani Wartabone itu menunjukkan bros pusaka keluarga Lao Hok Seng dan lukisan Ratu Elizabeth II.

Nilai koleksi dari artefak itu ditaksir mencapai 70,4 juta dolar Amerika Serikat.

Perlu diketahui, nilai koleksi berbeda dengan nilai jual karena lukisan beserta bros pusaka itu tidak diperjualbelikan. 

Arisman Wartabone memamerkan lukisan yang memadukan dua simbol penting dunia l keturunan Kaisar Liu Bang, pendiri Dinasti Han yang pernah berkuasa selama lebih dari 400 tahun di Tiongkok.

"Inspirasi utama dari lukisan ini adalah keinginan untuk memadukan keagungan dua figur legendaris dunia, yaitu Ratu Elizabeth II dan Kaisar Liu Bang," ungkap Arisman.

Ia menambahkan, bros emas bertabur 44 berlian kuno itu melambangkan derajat seseorang pada zamannya.

Menurut Arisman, harta pusaka ini dibawa oleh seorang saudagar emas asal Tionghoa yang masuk Indonesia melalui jalur pantai utara. 

Bros tersebut diwariskan turun-temurun dalam keluarga Lao Hok Seng hingga akhirnya berada dalam penjagaan keturunan Nani Wartabone.

Proses kreatif untuk menyelesaikan lukisan ini memakan waktu panjang, dengan ide yang dikembangkan lebih dari tiga tahun, serta pengerjaan teknis selama enam bulan. 

"Kami ingin lukisan ini dapat disaksikan oleh masyarakat dunia, dengan rencana pameran di berbagai kota besar di Eropa dan Amerika," kata Arisman.

Saat ini, lukisan tersebut disimpan di lokasi rahasia dan dijaga dengan ketat, mengingat nilai historis dan artistiknya yang sangat tinggi. Hak cipta atas karya ini sepenuhnya dimiliki oleh Arisman Wartabone. 

Baca juga: Fakta-fakta Seputar Pemekaran Kabupaten Gorontalo Barat, Direncanakan Sejak 13 Tahun Lalu

Arisman Wartabone Dorong Pemerintah Buat Film Nani Wartabone

Diberitakan TribunGorontalo.com sebelumnya, Ketua Kerukunan Wartabone Gorontalo, Arisman Wartabone, mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo membuat film pendek perjuangan rakyat Gorontalo melawan penjajah.

Usai prosesi upacara peringatan 23 Januari 1942 di Taman Makam Pahlawan Nasional Nani Wartabone, Arisman bersyukur saat ini euforia peringatan kakeknya masih terus diselenggarakan.

"Pemprov bisa membuat film pendek mengenai peristiwa ini, agar muda mudi bisa teredukasi," harapnya. 

Hal itu sebagai upaya untuk mensosialisaksan peristiwa sejarah di Gorontalo yang saat ini mulai tergerus dengan perkembangan zaman.

Arisman adalah cucu Nani Wartabone. Dari silsilah keturunan, ia adalah anak dari Fauzy Wartabone (anak kelima Nani Wartabone dari sembilan bersaudara).

Nenek Arisman adalah Aisyah Tangahu, istri pertama Nani Wartabone. 

Saat diwawancarai TribunGorontalo.com, bagi Arisman, momen upacara peringatan Patriotik 23 Januari ini sangat penting dan tidak boleh dilupakan disetiap tahunnya.

"Peristiwa ini sangat istimewa dan sakral," ungkapnya. 

Ia menegaskan, proklamasi yang dicetuskan kakeknya adalah proklamasi pertama di Indonesia sebelum datangnya penjajah Jepang di Gorontalo. 

Momen kekosongan kekuatan di Gorontalo itu kata Arisman dimanfaatkan oleh Nani Wartabone membentuk tentara nasional Indonesia (TNI) di Gorontalo untuk memproklamirkan kemerdekaan. 

Peristiwa 23 Januari kata Arisman, tidak hanya dimaknai sebagai sejarah perjuangan oleh masyarakat Gorontalo saja, melainkan nasional. 

Kepaiawaian kakeknya membangun konsolidasi dengan petinggi bangsa sangatlah statregis. 

"Bahkan Presiden Soekarno saat itu dua kali mengunjungi Gorontalo, padahal kita tau daerah ini begitu kecil," tukasnya. 

Fakta sejarah inilah yang harus diperhatikan oleh Pemprov Gorontalo, lebih meningkatkan kegiatan saat peringatan 23 Januari. 

Salah satu contoh untuk mengedukasi generasi muda, Pemrov harus getol memberikan sosialisasi dan edukasi di media sosial. 

 

(TribunGorontalo.com/Arianto Panambang)

 

(Disclaimer: Terdapat missinformasi dari judul sebelumnya artefak di museum Nani Wartabone. Sebenarnya artefak itu disimpan di tempat rahasia oleh cucu Nani Wartabone)
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved