Berita Internasional

Trump Bakal Menambang Laut Dalam, Nekat Langgar Perjanjian Internasional!

Dengan perintah eksekutif yang baru ditandatanganinya, Trump berambisi untuk mempercepat penambangan mineral penting yang menjadi bahan baku utama bat

Editor: Wawan Akuba
Internasional
TAMBANG LAUT DALAM - Trump, dalam perintah eksekutifnya, menginstruksikan badan-badan federal AS untuk mempercepat proses perizinan bagi perusahaan yang ingin menambang di perairan AS dan internasional. 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan kontroversial.

Kali ini, ia mengincar kekayaan tersembunyi di dasar laut.

Dengan perintah eksekutif yang baru ditandatanganinya, Trump berambisi untuk mempercepat penambangan mineral penting yang menjadi bahan baku utama baterai isi ulang.

Langkah ini diprediksi akan mengubah peta persaingan global, terutama dalam perebutan sumber daya mineral.

Trump, dalam perintah eksekutifnya, menginstruksikan badan-badan federal AS untuk mempercepat proses perizinan bagi perusahaan yang ingin menambang di perairan AS dan internasional.

Tujuannya jelas: mengamankan pasokan mineral kritis dan menantang dominasi China di sektor ini.

"Kita tidak bisa membiarkan China menguasai sumber daya mineral dasar laut," tegas Trump dalam pernyataannya.

Namun, rencana ambisius ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak.

Para ahli lingkungan khawatir penambangan laut dalam dapat merusak ekosistem laut yang rapuh dan berdampak buruk pada ekonomi pesisir.

"Ini adalah preseden berbahaya yang mengabaikan hukum internasional," ujar Duncan Currie, penasihat hukum dari Koalisi Konservasi Laut Dalam.   

Otoritas Dasar Laut Internasional (ISA), badan yang bertugas mengatur penambangan laut dalam, juga angkat bicara.

Mereka menyatakan bahwa langkah Trump melanggar perjanjian internasional dan dapat memicu konflik global.

Lebih dari 30 negara, termasuk Kanada, Brasil, dan negara-negara Eropa, telah menyerukan moratorium penambangan laut dalam hingga aturan internasional yang jelas disepakati.

China, sebagai pemain utama dalam industri mineral, juga mengecam keras langkah Trump.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan bahwa tindakan AS melanggar hukum internasional dan merugikan kepentingan komunitas internasional.

Di tengah kontroversi ini, perusahaan-perusahaan tambang seperti The Metals Company dan Impossible Metals menyambut baik langkah Trump.

Mereka berencana untuk mengajukan izin penambangan di perairan AS dan internasional.

"Penambangan laut dalam lebih ramah lingkungan daripada penambangan di darat," klaim perwakilan The Metals Company.   

Namun, para ilmuwan memperingatkan bahwa dampak penambangan laut dalam masih belum sepenuhnya dipahami.

Studi terbaru menunjukkan bahwa aktivitas ini dapat menyebabkan kerusakan "irreversibel" pada ekosistem laut dan mengganggu kehidupan laut.

"Kerusakan akibat penambangan laut dalam tidak terbatas pada dasar laut, tetapi akan memengaruhi seluruh kolom air," kata Jeff Watters dari Ocean Conservancy.   

Dengan rencana ambisiusnya ini, Trump sekali lagi memicu perdebatan global tentang masa depan sumber daya alam dan dampaknya terhadap lingkungan.

Pertarungan untuk menguasai mineral laut dalam baru saja dimulai, dan dampaknya masih belum bisa diprediksi. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved