Program Makan Bergizi Gratis
Lebih dari 200 Siswa Keracunan, Indonesia Corruption Watch Desak Pemerintah Hentikan Program MBG
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Presiden Prabowo Subianto mendapat sorotan dari Indonesia Corruption Watch (ICW).
TRIBUNGORONTALO.COM – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Presiden Prabowo Subianto mendapat sorotan dari Indonesia Corruption Watch (ICW).
Mengutip pemberitaan Kompas.com, Jumat (25/4/2025), ICW mendesak program MBG segera dihentikan.
Alasannya adalah MBG dinilai tidak memenuhi standar gizi sehingga menyebabkan lebih dari 200 siswa keracunan.
"Kualitas makanan yang disediakan tidak memenuhi standar gizi minimal. Itu mencakup segi kandungan protein, vitamin, maupun keragaman menu. Terdapat temuan siswa di sekolah disajikan telur rebus yang tak layak dikonsumsi. Di beberapa sekolah, siswa bahkan membuang makanan karena rasa yang tak sedap," tulis peneliti ICW lewat keterangan resminya, dikutip Jumat (25/4/2025).
ICW juga melihat adanya ketimpangan layanan dan kualitas MBG antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.
Salah satunya adalah temuan wadah makanan yang berbahan plastik tipis. Hal itu tentu berbahaya karena bahan kimia dapat keluar jika wadah ditaruh makanan panas.
"Hal ini menunjukan tidak adanya standarisasi layanan dalam pelaksanaan MBG," tulis ICW.
"Mengacu pada hal-hal di atas, Presiden Prabowo harus menunjukkan tanggung jawabnya dengan menghentikan proyek MBG," sambung ICW menegaskan.
Ratusan Siswa Jadi Korban Setidaknya sudah terjadi sederet kasus keracunan massal akibat menu MBG selama 2025.
Mulai kasus keracunan yang menimpa 78 siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat.
Bahkan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) karena kejadian tersebut.
Kedua adalah 13 siswa yang mengalami gejala muntah dan sakit perut akibat menu MBG ayam tepung yang diduga basi SDN 33 Kasipute, Bombana, Sulawesi Tenggara.
Baca juga: Try Sutrisno Desak Gibran Mundur dari Jabatan Wakil Presiden, Didukung Ratusan Pensiunan TNI
Kemudian, sebanyak 60 siswa mengalami mual dan sakit perut setelah mengonsumsi makanan program MBG di SDN Proyonanggan 5 Batang, Jawa Tengah.
Selanjutnya terjadi di SD Katolik Andaluri, Waingapu, Sumba Timur, di mana 29 siswa mengalami keracunan.
Kelima, sebanyak 40 siswa juga mengalami keracunan massal usai mengkonsumsi menu MBG di SDN Alaswangi 2, Pandeglang, Jawa Barat.
Terakhir, keracunan makanan juga dialami oleh 40 siswa setelah mengkonsumsi MBG di SDN 3 Dukuh, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Jika mengacu pada kasus-kasus keracunan MBG di atas, setidaknya terdapat 260 siswa yang menjadi korban.
Mayoritas korban MBG tersebut mengeluhkan gejala mual, diare, hingga sakit perut.
Apa itu Program MBG?
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, program MBG merupakan investasi SDM terbesar dalam sejarah Indonesia.
Program ini diharapkan dapat menciptakan generasi emas pada tahun 2045.
Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 71 triliun dari APBN 2025 untuk menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Program MBG resmi dimulai pada 6 Januari 2025 dan menjadi bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
MBG dirancang untuk memberikan asupan bergizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, balita, serta peserta didik di seluruh jenjang pendidikan, mulai dari prasekolah, pendidikan dasar, hingga pendidikan menengah, baik umum, kejuruan, maupun keagamaan.
Dengan target pemerataan gizi hingga ke pelosok negeri, program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia secara berkelanjutan.
Program MBG yang diluncurkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN) pada 6 Januari 2025 telah memberikan dampak luas bagi masyarakat Indonesia.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa jumlah dapur MBG akan terus bertambah.
Program MBG tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat penerima gizi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani dan pelaku usaha kecil.
Setiap dapur MBG menyediakan 3.000 paket makanan setiap harinya, sehingga kebutuhan bahan pangan menjadi sangat besar. Sebagai contoh, di Pulau Jawa, pelaksanaan program ini membutuhkan 200 kg beras, 350 kg ayam, 3.000 telur, dan 300 kg sayuran per hari.
"Kalau satu ayam beratnya 1 kg, berarti kita butuh 350 ekor ayam setiap hari. Ini peluang besar bagi petani dan peternak lokal," tambah Dadan.
Pemerintah menargetkan 30.000 SPPG beroperasi tahun ini, dengan 82,9 juta penerima manfaat. Target ini sekaligus menjadi pasar baru bagi petani milenial dan UMKM, serta meningkatkan produktivitas pangan dalam negeri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dan Tribunnews.com

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.