Berita Viral
Puluhan Warga Bantul Alami Sakit Perut dan Diare saat Buka Bersama, Diduga Keracunan Takjil
Sakit perut ini didapati beberapa jam setelah mereka menyantap menu buka puasa bersama.
TRIBUNGORONTALO.COM -- Puluhan warga di Bantul, Yogyakarta mengalami sakit perut bahkan hingga diare.
Sakit perut ini didapati beberapa jam setelah mereka menyantap menu buka puasa bersama.
Menu buka puasa sebenarnya tak ada yang bermasalah dengan menu nasi, ayam ungkep dan sayur.
Namun, warga menduga takjil yang mereka santap saat itu tidak steril sehingga mereka keracunan makanan.
Dilansir dari Kompas.com, Puluhan warga Mandingan, Ringinharjo, Bantul mengalami gejala diare massal setelah menyantap takjil saat buka puasa bersama di mushala setempat, Minggu (16/3/2025) sore.
Baca juga: Jadwal KM Lambelu Kapal Pelni Maret 2025: Siang Ini Berangkat dari Makassar ke Parepare
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Agus Tri Widiyantara, mengungkapkan bahwa kasus ini baru terlaporkan beberapa hari setelah kejadian, sehingga menyulitkan pihaknya dalam mengambil sampel makanan untuk diuji.
"Ringinharjo terlaporkan di puskesmas beberapa hari setelah kejadian," ujar Agus, Kamis (20/3/2025).
Untuk mengantisipasi kasus serupa, Dinkes Bantul telah mengeluarkan edaran kepada Kementerian Agama Bantul agar lebih waspada dalam penyelenggaraan buka bersama (bukber).
Salah satu upaya yang disarankan adalah meminta takmir masjid menyisakan satu paket takjil setiap acara bukber agar jika terjadi kasus serupa, sampel makanan bisa segera diuji di laboratorium.
Gejala Diare Massal Muncul Sehari Setelah Bukber
Baca juga: 6 Orang Jemaah Meninggal Akibat Insiden Bus Pengangkut Jemaah Umrah dari Indonesia Alami Kecelakaan
Menurut Dukuh Mandingan, Samsi Wahyudi, takjil yang disantap warga berisi nasi, ayam ungkep, galantin pedas, dan capcay.
Makanan ini dimasak secara gotong royong oleh kelompok ibu-ibu, bukan berasal dari katering.
Sehari setelah bukber, Senin (17/3/2025) pagi, beberapa warga mulai mengeluhkan sakit perut dan diare saat hendak sahur.
Hingga pukul 08.00 - 09.00 WIB, jumlah warga yang mengalami gejala terus bertambah.
Samsi menyebut bahwa berdasarkan diagnosa medis, kejadian ini disebabkan oleh bakteri dalam makanan.
"Iya, keracunan bakteri di makanan itu. Tapi saat ini, alhamdulillah, semuanya sudah bisa beraktivitas seperti biasa," ujarnya.
Baca juga: Gunung Lewotobi Kembali Meletus, 1 Orang Jadi Korban Luka Bakar Akibat Kena Abu Panas
Pihak berwenang mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam pengolahan makanan, terutama saat acara buka bersama, untuk menghindari kasus serupa di kemudian hari.
Kasus Lain: Gadis Remaja Campurkan Racun ke Takjil Ayah Kandungnya di Bone, Ngaku Disuruh Sang Kekasih
Anak perempuan GN (17) di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) diduga nyaris meracuni bapak kandungnya sendiri JR (40), dengan mencampurkan racun ke dalam takjil yang disiapkan untuk berbuka puasa.
Kejadian tersebut terjadi di Dusun Koppe, Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone pada Sabtu (1/3) kemarin sekitar pukul 22.00 Wita.
Menurut informasi dari Kasi Humas Polres Bone, Iptu Rayendra, pelaku mencampurkan racun jenis sidamethrin ke dalam makanan yang akan disajikan kepada ayahnya.
Baca juga: Cara Cek dan Cairkan Bantuan PIP 2025 di cekpip.kemdikbud.go.id 2025, Lengkap dengan Info KIP Kuliah
"Racun yang digunakan berupa sidamethrin dalam kemasan kaleng," ungkap Rayendra saat dihubungi oleh Tribun Timur, Senin (3/3/2025).
Untungnya, JR menyadari adanya racun tersebut setelah mencium aroma mencurigakan dari takjil yang disajikan.
Ia segera membuang makanan tersebut dan melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib.
Setelah dilakukan interogasi, GN mengakui niatnya untuk meracuni ayahnya atas suruhan pacarnya.
"Dia mengaku aksi tidak terpuji tersebut dilakukan karena disuruh oleh pacarnya," jelas Rayendra.
Baca juga: Detik-Detik Bus Pengangkut Jemaah Umrah dari Indonesia Kecelakaan Maut hingga Terbakar di Jeddah
Meskipun pelaku telah diinterogasi di unit PPA Polres Bone, ia kemudian dikembalikan kepada orangtuanya karena masih di bawah umur dan ayahnya tidak ingin melanjutkan kasus ini ke jalur hukum.
Pihak kepolisian menyatakan belum mengetahui secara jelas motif di balik tindakan pelaku.
"Untuk motifnya kami belum sampai ke sana," tambah Rayendra.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.