Pasar Senggol Gorontalo
Pasar Senggol Kota Gorontalo Tak Seramai Dulu, Pedagang Resah hingga Ramadan ke-21 Tak Ada Pembeli
"Saya melihat pasar senggol tahun ini sangat sepi, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang lebih ramai dan pembeli lebih banyak," ujarnya saat diwa
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Kota Gorontalo – Pedagang di Pasar Senggol Kota Gorontalo mengeluhkan sepinya pengunjung.
Hal ini pun berdampak pada turunnya pendapatan para pedagang di Ramadan 2025 ini.
Pasar yang dibuka sejak awal Ramadan 1446 Hijriah ini masih tampak lengang.
Kondisi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu ramai oleh pembeli.
Fardhan Lasindrang (21), seorang pedagang sandal dan tas, mengungkapkan keluhannya.
Baca juga: Info Terbaru Libur dan Cuti Bersama Lebaran 2025 ASN, Sekolah & Swasta, Download Surat Edaran Libur
Kata dia bahwa kondisi Pasar Senggol tahun ini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Saya melihat pasar senggol tahun ini sangat sepi, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang lebih ramai dan pembeli lebih banyak," ujarnya saat diwawancarai Tribun Gorontalo, Jumat (21/3/2025).
Menurut Fardhan, peningkatan jumlah pengunjung biasanya terjadi setelah salat tarawih.
Namun, pada pagi hingga sore hari, suasana pasar sangat sunyi.
"Biasanya usai tarawih ramai, tapi kalau pagi sampai sore itu benar-benar sepi. Sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya," tambahnya.
Fardhan, yang bekerja sebagai karyawan di salah satu lapak di depan Karsa Utama, Kelurahan Biawao, Kota Gorontalo, berjualan bersama rekannya mulai pukul 09.00 hingga 00.00 Wita.
Baca juga: Puluhan Warga Bantul Alami Sakit Perut dan Diare saat Buka Bersama, Diduga Keracunan Takjil
Ia mengatakan, barang dagangan yang paling diminati adalah sandal karet, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
"Sandal karet paling banyak diminati. Harganya kami patok mulai dari Rp40 ribu hingga Rp80 ribu. Sedangkan tas perempuan rata-rata Rp60 ribu," jelasnya.
Hal senada diungkapkan oleh Fitrah Gaga (30), pedagang sepatu. Ia mengatakan, dalam 10 hari menjelang Lebaran di tahun-tahun sebelumnya, Pasar Senggol selalu dipadati pembeli.
Namun, tahun ini situasinya berbeda drastis.
"Biasanya semakin dekat Lebaran, pasar senggol makin ramai. Tapi tahun ini, malah semakin menurun. Dalam sehari, hanya sedikit barang yang laku terjual," ungkapnya.
Fitrah menduga, penurunan jumlah pembeli disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah maraknya penjualan online yang semakin diminati masyarakat.
"Sekarang orang lebih suka belanja online. Mereka tidak perlu repot datang ke pasar dan bisa membeli barang dari rumah," katanya.
Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa semakin banyaknya pasar senggol di berbagai lokasi di Gorontalo menyebabkan pembeli terbagi-bagi.
Baca juga: Tercatat 5 Bansos Siap cair Bulan ini, BPNT Tahap 2, Cek jadwal Pencairan PKH di cekbansos.kemensos
"Mungkin juga karena sekarang sudah banyak pasar senggol, jadi pembeli tersebar ke berbagai tempat, tidak lagi terfokus di satu lokasi," jelasnya.
Fitrah sendiri mulai berjualan sejak dua minggu lalu dengan sistem shift bersama beberapa karyawan lainnya. Ia bertugas dari pagi hingga malam, sebelum digantikan oleh rekan lainnya.
"Kami di sini jualan per shift. Saya dari pagi sampai malam, lalu ada karyawan lain yang menggantikan," tuturnya.
Selain sepinya pengunjung, pedagang juga menghadapi tantangan cuaca yang tidak menentu. Hujan yang kerap turun membuat kondisi pasar semakin sulit.
"Kalau hujan, makin sedikit pembeli. Kita juga harus sibuk mengatur barang agar tidak basah," keluhnya.
Harga sepatu yang dijual di lapaknya bervariasi, mulai dari Rp90 ribu hingga di atas Rp100 ribu.
Pantauan Tribun Gorontalo di lapangan menunjukkan bahwa suasana Pasar Senggol memang sepi.
Baca juga: Detik-Detik Bus Pengangkut Jemaah Umrah dari Indonesia Kecelakaan Maut hingga Terbakar di Jeddah
Hanya sedikit masyarakat yang berhenti di lapak-lapak pedagang, sementara banyak lainnya hanya melintas dengan kendaraan.
Turunnya hujan gerimis juga semakin menambah sepinya suasana.
Kebanyakan masyarakat justru lebih memilih untuk duduk dan membeli makanan di sekitar pasar daripada berbelanja barang.
Dengan kondisi ini, para pedagang berharap situasi akan membaik menjelang Lebaran agar mereka dapat menutup bulan Ramadan dengan hasil yang lebih baik.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.