Berita Gorontalo

Warga Boalemo Gorontalo Diimbau Tidak Berwisata di Sekitar Kawasan Gunung dan Sungai

Warga Kabupaten Boalemo, Gorontalo diimbau untuk tidak berwisata di sekitar kawasan gunung dan sungai dalam beberapa waktu kedepan.

Penulis: Nawir Islim | Editor: Prailla Libriana Karauwan
TribunGorontalo.com/Nawir Islim
Potret sungai di Jembatan Soeharto, Kabupaten Boalemo Gorontalo, Sabtu (18/1/2025) 

TRIBUNGORONTALO.COM, Boalemo -- Warga Kabupaten Boalemo, Gorontalo diimbau untuk tidak berwisata di sekitar kawasan gunung dan sungai.

Mengingat cuaca di Provinsi Gorontalo tidak menentu.

Setelah cuaca kembali normal, wisata di kawasan gunung maupun sungai dapat beroperasi kembali.

Imbauan ini juga disampaikan Roslina Karim, Kepala BPBD Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.

"Di musim hujan seperti ini, area pegunungan dan juga sungai sangat berbahaya untuk di kunjungi masyarakat," ungkapnya kepada TribunGorontalo.com, Sabtu (18/1/2025).

Baca juga: BREAKING NEWS: 5 Jam Dilanda Hujan Deras, Desa Molawahu Gorontalo Terendam Luapan Air Sungai

Kata Roslina, masyarakat diimbau untuk tidak berwisata seperti Air Terjun Ayuhulalo, Cek Dam Piloliyanga, Bukit Cinta dan pendakian bukit Ayuhulalo.

Selain itu, Roslina juga menghimbau kepada masyarakat yang berada di sekitar jalur Paguyaman dan Paguyaman Pantai untuk tidak terlalu melakukan aktivitas di luar ruangan.

"Kemarin baru saja terjadi longsor, dan bisa saja terdapat longsor susulan, jadi kami mengharapkan agar masyarakat di area tersebut agar tidak melakukan aktivitas lebih ketika hujan," ujar Roslina.

Roslina juga berharap agar imbauan ini diperhatikan oleh masyarakat agar bisa mencegah terjadinya korban jiwa akibat bencana alam.

"Kami sangat mengharapkan agar pesan ini sampai kepada masyarakat agar kita bisa bersama-sama menjadi adanya korban jiwa akibat bencana alam," pungkasnya.

Longsor di Kabupaten Boalemo kata Roslina sering terjadi akibat penggundulan tanah yang akan ditanami jagung, apalagi Kabupaten Boalemo merupakan daerah penghasil jagung terbesar kedua di Provinsi Gorontalo.

Baca juga: Ada Gunung Terkelupas Longsor di Tepi Jalan Kawasan Pelabuhan Gorontalo

"Data kami menyebutkan bahwa Kabupaten Boalemo menjadi daerah ketiga sebagai daerah yang terjadi longsor di beberapa tempat setelah Pohuwato dan Bone Bolango," lanjut Roslina.

Hal itu pula dipertegas oleh Sri Sutarni Arifin, Pengamat Tata Kota Gorontalo.

Ia mengatakan penyebab longsor dan banjir di Gorontalo karena lahan yang harusnya ditanami pohon sudah dijadikan area perkebunan jagung

"Gorontalo ini area bukitnya sudah dibuka dan dijadikan perkebunan jagung, padahal itu tidak bisa," ujarnya kepada TribunGorontalo.com pada Jumat (21/06/2024)

Katanya, pemerintah pusat melalui Menteri Kehutanan telah menegaskan tanaman musiman dilarang ditanam di area lereng gunung dan perbukitan.

Area tersebut seharusnya ditanami dengan pohon dan bukan tanaman musiman seperti jagung. Tanaman jagung kata Sri, tidak mampu mengikat daya tahan tanah untuk jatuh ke bawah sehingga longsor dapat terjadi.

Baca juga: Pihak SDN 51 Dumbo Raya Gorontalo Bantu Kebutuhan Sekolah Danil Daud Anak Korban Tanah Longsor

"Pemerintah pusat sudah melarang keras tanaman musiman di tanam di daerah perbukitan, tapi di Gorontalo malah dianjurkan untuk membuka lahan sebanyak-banyaknya untuk produksi jagung," lanjutnya.

"Malah Gorontalo dikatakan sebagai lumbung jagung, padahal kerusakan alam di mana-mana," imbuhnya.

Tanaman musiman yang ditanam di lereng gunung maupun bukit dapat berakibat fatal pada kelestarian alam sebab merusak unsur hara tanah.

Lereng gunung dan bukit pada dasarnya menjadi daerah resapan air, sedangkan tanaman musiman sifatnya tidak bisa menahan air dalam tanah.

"Sehingga air itu mencari daerah lain bisa diresapi, cuma Gorontalo semua gunung maupun bukit ditanami jagung jadi jangan heran kalau hujan Gorontalo rentan dengan longsor dan banjir," jelasnya.

Baca juga: Imbas Tanah Longsor di Kota Gorontalo, Warga Bantaran Sungai Akan Dipindahkan ke Rumah Susun

Kata Sri, untuk mencegah terjadinya longsor dan banjir di Gorontalo, pemerintah daerah harus tegas untuk memberhentikan seluruh lahan perbukitan dan pegunungan yang dialih fungsikan menjadi tempat perkebunan tanaman musiman.

Memang prosesnya tidak akan instan, tetapi pemerintah harus menyadari terhadap hal ini.

Pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus menganalisis terlebih dahulu kebijakan tersebut tidak akan menimbulkan kekacauan di kemudian hari.

"Stop alih fungsi lahan, mau sampai kapan Gorontalo di landa banjir? Sampai kapan Gorontalo di landa longsor?," ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved