Ikan Purba di Gorontalo

Heboh Nelayan Gorontalo Utara Tangkap Ikan Purba Coelacanth, Spesies Lebih Tua dari Dinosaurus

Ikan purba ini diduga ditangkap oleh nelayan di Desa Imana, Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara.

Editor: Fadri Kidjab
Kolase TribunGorontalo.com/medsos
Viral ikan Coelacanth ditemukan di perairan Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Belakangan heboh di media sosial soal penemuan ikan Coelacanth.

Ikan purba ini diduga ditangkap oleh nelayan di Desa Imana, Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara.

"Penemuan Ikan zaman Purba oleh salah satu nelayan yg berada di desa imana kab Gorut," tulis akun Facebook Uraib Adpenturz, Kamis (16/1/2025).

Foto bangkai ikan Coelacanth itu sempat viral di X (Twitter) pada Sabtu (18/1/2025).

Hingga saat ini TribunGorontalo.com masih menelusuri keberadaan ikan tersebut.

Lantas, apakah benar coelacanth merupakan ikan purba?

Mengutip Kompas.com, Peneliti Ahli Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Gema Wahyudewantoro membenarkan bahwa coelacanth adalah ikan purba. 

"Diduga ikan ini hidup di zaman sebelum dinosaurus, awalnya ditemukan di perairan Komoro, Latimeria chalumnae, tapi setelah diteliti lebih lanjut itu jenis berbeda, yaitu Latimeria menadoensis di perairan Manado," jelas Bima kepada Kompas.com, Sabtu.

Terpisah, Peneliti Senior Pusat Riset Oseanografi BRIN, Augy Syahailatua mengiyakan pernyataan Gema. 

Dia menjelaskan, ikan coelacanth mulai muncul pada zaman Devonian atau sekitar 416-359 juta tahun yang lalu dan pertama kali ditemukan pada tahun 1938 di perairan Kepulauan Komoro.

Sebelum ditemukan di 1938, ikan ini sempat dianggap punah.

"Fosilnya sudah ditemukan sebelum tahun 1938, jadi dianggap sudah punah, tapi ternyata masih hidup," ujarnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu.

Berdasarkan pengamatan hingga saat ini, lanjutnya, ikan coelacanth hanya ditemukan di dua lokasi, yaitu pesisir Afrika Timur dan Kawasan Indo-Pasifik.

Di Indonesia, ikan ini bisa ditemukan di perairan Sulawesi Utara dan Biak di Provinsi Papua.

Pengamatannya sendiri dilakukan secara intensif sejak tahun 2005 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Sam Ratulangi, dan Aquamarine Fukushima, Jepang.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved