Human Interest Story
Kisah Kashmir Samsudin, Seorang Pria Asal Buol Datang ke Gorontalo Demi Jadi Guru
Perjuangan Kashmir Samsudin (27) menjadi guru di SD Islam Terpadu Luqmanul Hakim di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Penulis: Efriet Mukmin | Editor: Prailla Libriana Karauwan
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Perjuangan Kashmir Samsudin (27) menjadi guru di SD Islam Terpadu Luqmanul Hakim di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Pria kelahiran 1997 ini menyelesaikan kuliahnya di IAIN Sultan Amai Gorontalo pada 2021.
Setelah itu, dirinya memilih pulang kampung di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, lalu kembali lagi ke Gorontalo.
Kedatangannya ke Gorontalo adalah untuk mencari pekerjaan demi sesuap nasi.
Kashmir pun awalnya mengabdikan dirinya menjadi guru di Sekolah PKBM Husna.
Baca juga: Cerita Rita Daud, Penjual Nasi Bungkus di Taman Kalimadu Kota Gorontalo
Sekolah ini terletak di Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo dengan sekolah khusus untuk penyelesaian paket A, B, dan C.
Dengan jadwal mengajar dua kali dalam seminggu, Kashmir digaji Rp 250 ribu per tiga bulan.
Kata Kashmir dengan pendapatannya saat itu tidak cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya.
Namun hal itu tetap dilakukannya dengan penuh kesabaran.
Saat menjadi tenaga pengajar, Kashmir memilih untuk tinggal di salah satu masjid yang berada di Perumahan Awara, Kelurahan Dutulanaa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Selama tinggal di masjid, dirinya bisa menghemat karena tidak perlu membayar tempat untuk dirinya tinggal.
Lagi pula, Kashmir juga selain menjadi marbot di masjid tersebut, dirinya juga menjadi guru mengaji bagi anak-anak sekitar masjid.
Baca juga: Cerita Saman Usman Jadi Marbot Masjid Jabal Iqro di Gorontalo Utara Demi Hidupi Kedua Anaknya
"Jadi saya mengajar dengan gaji Rp 250 ribu per tiga bulan hanya untuk uang bensin saja," ungkap Kashmir kepada TribunGorontalo.com ,Minggu (5/1/2025).
Menjadi seorang guru di Sekolah PKBM Husna kata Kashmir tidaklah mudah, sebab para muridnya seumuran dengannya jadi ia merasa canggung untuk mengajar dan itu menjadi pengalaman yang berharga.
Kashmir pun mengabdikan dirinya di Sekolah PKBM Husna selama enam bulan lamanya.
"Jika bertahan tidak mungkin karena untuk biaya sehari-hari, jadi saya memutuskan untuk berhenti dan mencari sekolah lain untuk mengajar," ujar Kashmir.
Kashmir pun mencoba mendaftar sebagai seorang guru di SD Islam Terpadu Luqmanul Hakim setelah dirinya melihat informasi di media sosial.
Persaingan sangat ketat dilakukan, terdapat berbagai macam tes yang diujikan kepada para pelamar salah satunya tes hafalan Qur'an.
Tibalah hasil keluar Kasmir terpilih menjadi seorang guru di sekolah tersebut.
Baca juga: Cerita Wirna Adam Penjual Nasi di Pantai Monano Gorontalo Utara
Pendapatan didapat Kashmir pun meningkat, ia mendapat gaji pokok dan tunjangan sebesar Rp 2,1 juta dan THR
Tentu hal ini membuat ia bersyukur sebagai seorang perantau dari Kabupaten Buol telah berhasil menjadi guru di sekolah Swasta dan bisa mencukupi kebutuhannya selama tinggal di Gorontalo.
Semangat dan kerja keras menjadi kunci perjuangannya di tanah rantau.
Selama mengajar di SD Islam Terpadu Luqmanul Hakim 2 tahun, saat ini ia sudah bisa membeli motor pribadi untuk keperluan sehari-hari.
Di samping itu Kashmir sudah bisa membantu keluarganya dengan mengirim sedikit uang ke orang tuanya serta ketiga adiknya yang masih sekolah.
Selain itu, ia juga sudah merasa lebih dari cukup dibanding yang sebelumnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.