Human Interest Story
Petani Cabai Rawit Berusia 19 Tahun di Gorontalo Utara Raih Omzet Jutaan Rupiah
Petani berusia 19 tahun di Gorontalo Utara sukses bercocok tanam cabai rawit.
Penulis: Efriet Mukmin | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Petani berusia 19 tahun di Gorontalo Utara sukses bercocok tanam cabai rawit.
Fajrin Djafar merupakan warga Desa Tolongio, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara.
Setelah lulus SMA, Fajrin tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi seperti yag diinginkan oleh orangtuanya.
Justru ia lebih memilih menjadi seorang petani cabai rawit, yang ia yakini kurang diminati remaja seusianya.
Sebelum menjadi petani ia sempat ingin menjadi polisi tapi urung dilakukan karena tinggi badannya kurang memungkinkan.
Awalnya Fajrin membuka lahan milik orangtuanya, melakukan pembersian lahan sampai memilih tanaman.
Harga cabai rawit saat ini lagi mahal-mahalnya di pasaran, ia lebih memilih menanam cabai rawit.
Fajrin mengungkapkan bahwa cabai rawit yang ditanam pada awalnya adalah seribu pohon dengan luas lahan kurang dari satu hektar.
Baca juga: Fakta Terbaru Penemuan Tubuh Wanita di Wisata Tangga 2000 Kota Gorontalo, Korban Alami Pendarahan
Dengan bibit cabai seribu pohon pertama yang ia tanam, ia mulai merasakan rintangan seperti gangguan hama.
Perawatan yang ia lakukan selalu membersihkan lahan, perwatan tanamam, hingga pemupukan.
Adapun panennya di usia empat bulan, dengan mendapatkan 20 kilogram cabai rawit dijual dengan harga Rp50 ribu.
"Harga cabai yang tidak stabil bisa naik bisa juga turun, kemarin harga turun Rp30 ribu per kilogram," ungkap Fajrin saat di wawancarai TribunGorontalo.com, Selasa (31/12/2024).
Fajrin memanen 10 hari sekali, dengan harga per kilogram berkisar dari Rp30 ribu hingga Rp50 ribu.
Omzet Rp3 juta per bulan masih belum bersih. Ia menanggung biaya operasional mulai dari penanaman sampai panen, pendapatan bersih Rp 2.500.000 per bulan.
Saat ini ia sedang menambah tanamannya yang baru, ditanam ada 3 ribu pohon dengan usia dua bulan, karena tanamnya yang lama sudah mulai rusak, sehingga ia menggantinya dengan tanaman baru.
Sekarang total tanaman cabai rawit yang ada di lahannya sudah 4 ribu pohon, dan masih akan di tambah lagi apabila masih tersedia lahan kosong.
Tentu ini akan menambah penghasilannya karena sudah banyak yang ditanami.
"Tanaman cabai akan bertahan sampai dengan setahun, selebihnya sudah akan rusak dan harus di ganti dengan yang baru," terang Fajrin. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.