Pilkada Gorontalo

Perang Hasil Survey Paslon Pilkada Gorontalo, Pengamat Sebut Hasil Tetap di TPS

Para pasangan calon (paslon) berlomba-lomba mengumumkan hasil survei elektabilitas mereka, dengan klaim kemenangan yang beragam.

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Herjianto Tangahu, TribunGorontalo.com
Pengamat Politik Gorontalo, Alvian Mato, komentari perang hasil survey di Pilkada Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Memasuki empat hari menjelang pemungutan suara pada 27 November 2024, suhu politik Pilkada Gorontalo semakin memanas.

Para pasangan calon (paslon) berlomba-lomba mengumumkan hasil survei elektabilitas mereka, dengan klaim kemenangan yang beragam.

Beberapa paslon mengaku akan meraih persentase suara yang signifikan berdasarkan survei yang mereka paparkan.

Tidak ingin kalah, paslon lain juga menunjukkan hasil survei dari lembaga survei berbeda, masing-masing dengan strategi unik.

Pengamat politik, Alvian Mato, menilai bahwa pengungkapan hasil survei merupakan dinamika yang selalu muncul dalam setiap kontestasi politik.

“Itu wajar dan merupakan bagian dari strategi tiap paslon,” ujar Alvian kepada TribunGorontalo.com, Sabtu (23/11/2024).

Menurutnya, langkah ini bukan hanya bagian dari strategi, tetapi juga alat untuk membangun opini publik.

Alvian menegaskan bahwa hasil survei bisa memengaruhi persepsi pemilih.

“Calon dengan elektabilitas tinggi berdasarkan survei akan semakin memantapkan pendukungnya. Selain itu, mereka juga bisa menyasar pemilih abu-abu atau yang belum menentukan pilihan,” jelasnya.

Namun, Alvian mengingatkan pentingnya kepercayaan terhadap lembaga survei yang digunakan.

Ia menekankan bahwa lembaga survei harus memiliki kredibilitas, independensi, dan metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

“Survei yang kredibel adalah yang benar-benar independen, bukan sekadar survei pesanan atau by order,” tegas mantan aktivis IAIN Sultan Amai Gorontalo tersebut.

Meski demikian, ia mengapresiasi masih adanya lembaga survei yang menjaga integritasnya.

“Contohnya pada Pileg sebelumnya, ada lembaga survei yang hasilnya hanya selisih 0,2 persen dari data resmi KPU. Ini membuktikan kredibilitasnya,” imbuhnya.

Sementara itu, Alvian juga menyoroti strategi paslon yang tidak menggunakan hasil survei sebagai alat kampanye. Ia menyebut hal ini juga merupakan strategi tersendiri.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved