Human Interest Story

Laris Manis Kayu Baliho di Masa Pilkada, Pengusaha Somel Gorontalo Cuan Rp 4 Juta Sehari

Meski baru merintis usaha "Zahra" sejak Februari 2024, penjualan kayu milik Ula kini menjadi pilihan utama masyarakat, terutama untuk kebutuhan rangka

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Herjianto Tangahu, TribunGorontalo.com
Ramli Lesar (Ula) penjual kayu di Desa Tenggela, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Momen Pilkada Gorontalo 2024 ternyata membawa berkah tersendiri bagi Ramli Lesar (41), seorang pengusaha somel di Desa Tenggela, Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo. 

Ramli, yang akrab disapa Ula, mendadak kebanjiran pembeli hingga omzetnya melonjak drastis, bahkan mencapai Rp 3-4 juta per hari.

Meski baru merintis usaha "Zahra" sejak Februari 2024, penjualan kayu milik Ula kini menjadi pilihan utama masyarakat, terutama untuk kebutuhan rangka baliho kampanye.

“Kalau di Pileg kemarin masih sepi karena usaha baru mulai. Tapi sekarang pas Pilkada, momen ini benar-benar membawa rezeki,” ungkap Ula sambil tersenyum, Sabtu (16/11/2024).

Ula menjual kayu kelapa dengan berbagai ukuran, mulai dari 5x5 hingga 6x10. Harga kayu pun bervariasi, tergantung panjangnya, mulai dari Rp 17.500 untuk kayu 4 meter hingga Rp 90.000 untuk panjang 7 meter.

“Kayu-kayu ini paling sering dibeli untuk bikin rangka baliho. Saya pasang harga lebih murah dari tempat lain. Bisa dicek sendiri,” katanya percaya diri.

Omzet besar yang diraihnya saat ini memang tidak terjadi setiap hari, tetapi puncaknya dirasakan selama masa kampanye Pilkada.

Selain itu, bulan Safar juga menjadi momen emas untuk penjualan, karena banyak warga yang membangun rumah pada bulan tersebut.

Merintis dari Nol

Perjalanan Ula menjadi pengusaha kayu kelapa tidak instan. Sebelum membuka usaha ini, ia pernah merantau ke Ternate dan Palu untuk berjualan sapu.

Dari hasil tabungan, ia memutuskan kembali ke Gorontalo dan membangun bisnis kayu kelapa.

Meski tinggal di Donggala, ia memilih membuka usaha di Desa Tenggela karena lokasinya strategis dan dekat pusat keramaian.

“Tempat ini saya kontrak Rp 10 juta untuk lima tahun. Modal awal saya total sekitar Rp 4 juta,” jelasnya.

Ula, yang merupakan ayah tiga anak, mengaku usahanya masih sering mengalami masa sepi, terutama di luar momen besar seperti Pilkada atau bulan Safar.

Namun, ia tetap optimistis usaha ini akan semakin stabil seiring waktu.

“Saya sudah hitung, usaha begini baru normal kalau sudah dua tahun ke atas,” ujarnya.

Di tengah persaingan dan tantangan usaha, Ula terus berkomitmen memberikan kualitas terbaik bagi pelanggannya. Momen Pilkada kali ini menjadi bukti bahwa peluang bisa datang kapan saja bagi mereka yang berani mengambil langkah.

(Laporan: Jian/Tribun Gorontalo)
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved