Gorontalo Terkini

127 Lapak Tak Terisi, Pasar Sentral Gorontalo Terlihat Sepi

Berdasarkan pantauan tribun gorontalo.com, sekitar 127 lapak kosong teridentifikasi baik di lantai atas maupun bawah pasar.

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Jefri Potabuga, TribunGorontalo.com.
Lapak kosong di Pasar Sentral Kota Gorontalo, Rabu (23/10/2024). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Pasar Sentral di Kota Gorontalo kini terlihat sepi, dengan banyak lapak yang tak ditempati oleh pedagang.

Berdasarkan pantauan tribun gorontalo.com, sekitar 127 lapak kosong teridentifikasi baik di lantai atas maupun bawah pasar.

Di lantai bawah saja, ada 23 lapak yang belum terisi oleh pedagang.

Sementara itu, di lantai dua, sebanyak 86 lapak di bagian selatan tidak terisi, ditambah lagi 50 lapak di bagian utara yang juga kosong.

Untuk lapak-lapak yang lebih besar di bagian barat, tujuh di antaranya tertutup, dengan hanya satu yang beroperasi, yaitu tukang jahit pakaian.

Di bagian utara, terdapat 11 lapak yang tertutup, sementara di bagian selatan, 10 lapak tak terpakai.

Sebelumnya, Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag) Kota Gorontalo telah merelokasikan sekitar 542 pedagang ke gedung pasar sentral.

Jumlah ini mencakup 25 pedagang peralatan rumah tangga, 24 pedagang elektronik, 35 pedagang barang harian, dan 32 pedagang sembako.

Selain itu, terdapat tambahan 69 pedagang yang terdiri dari lapak makanan, warkop, barber shop, kosmetik, pedagang kaset, dan konter pulsa.

Meskipun pasar sentral telah direnovasi menjadi pasar modern, banyak pedagang yang mengeluhkan situasi tersebut.

Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah penurunan jumlah pengunjung.

Sejumlah pedagang menyatakan bahwa sepinya pasar disebabkan oleh kurangnya pembeli dan mahalnya harga retribusi tempat. 

Hal ini membuat banyak pedagang memilih untuk membuka usaha di pasar tradisional lain atau bahkan di rumah mereka sendiri.

Di lantai bawah pasar, beberapa pedagang masih terlihat berjualan, namun jumlah pembeli yang datang bisa dihitung dengan jari.

Sementara itu, di lantai atas, suasana semakin sepi, dengan banyak lapak yang tidak terisi.

Hanya beberapa pedagang yang tetap beroperasi, seperti pedagang makanan dan tukang jahit.

Eman Mansur, seorang tukang jahit, menyampaikan keluhannya saat diwawancarai.

"Sepi sekali, mungkin dalam sehari di atas itu paling dua atau tiga orang saja yang lalu-lalang," ujarnya dengan wajah sedih.

Ia mengungkapkan bahwa permintaan jasa jahitnya menurun drastis, terutama karena lokasi lapaknya yang berada di lantai atas, membuat akses pengunjung menjadi terbatas.

"Yang memakai jasa saya rata-rata hanya langganan," tambahnya.

Meski usianya sudah tidak muda lagi, Eman tetap berjuang untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarganya.

"Tapi mau bagaimana lagi, saya hanya bisa pasrah pada pimpinan yang baru ini, semoga bisa membawa perubahan," ungkapnya penuh harapan.

Ia sebenarnya menginginkan lokasi lapaknya berada di bagian depan agar lebih terlihat oleh pengunjung.

"Harusnya di depan, tempatkan dengan penjahit lain, biar pengunjung bisa tahu di mana tempat jahit," tuturnya.

Retribusi yang dikenakan untuk tempat berjualan juga dianggap mahal oleh Eman.

"Memang pakai lampu dan tempat, tapi harganya juga jangan terlalu mahal, kasihan kami," bebernya.

Senada dengan Eman, Nur Hamidun, seorang pedagang rumah makan, juga mengeluhkan penurunan pendapatannya.

Sejak pasar direnovasi, jumlah pengunjung yang datang ke lantai atas semakin berkurang.

"Sepi sekali, ini saja sudah setengah hari baru sekitar lima orang yang datang," terangnya.

Dari 17 pedagang makanan yang sebelumnya beroperasi di lantai atas, kini hanya tinggal dia dan satu rekannya.

Asma Amiri, seorang pedagang, berharap pemerintah dapat mencari solusi untuk menarik lebih banyak pengunjung.

Ia mengusulkan agar pemerintah mengadakan berbagai kegiatan menarik, seperti lomba catur atau acara lainnya, untuk mendatangkan pengunjung.

"Coba kalau ada kegiatan seperti lomba catur atau lainnya, buat di sentral biar pengunjung datang, atau buat sesuatu yang bisa mendatangkan pengunjung," pungkasnya.

Sementara itu, Febi, pemilik konter di pasar sentral, menambahkan bahwa penataan lokasi lapak perlu diperbaiki oleh pemerintah.

Menurutnya, pemilihan lokasi yang kurang tepat membuat pedagang kesulitan menarik perhatian pembeli.

"Harusnya posisikan lapak sesuai dengan kondisinya," tambahnya.

Ia mencontohkan pedagang ikan yang seharusnya memiliki ruang terbuka, bukan tertutup, agar aroma tidak menyengat pengunjung.

Masalah lain yang disoroti adalah kondisi lantai yang licin di area pedagang ikan, yang seharusnya tidak menggunakan lantai tegel.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, harapan akan revitalisasi Pasar Sentral Gorontalo agar kembali ramai dan menguntungkan bagi para pedagang masih menjadi harapan banyak pihak. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved