Liam Payne Meninggal

Sebelum Tewas Jatuh dari lantai 3, Liam Payne eks One Direction Curhat Lawan Kecanduan Alkohol

Dalam sebuah wawancara tahun 2021 di podcast The Diary of a CEO, Payne menceritakan saat dirinya mencapai titik terendah dalam hidup, saat harus mengh

Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
Getty
Liam Payne curhat soal tentang Kesehatan Mental, Kecanduan & Perjuangan Ketenangan Sebelum Kematian 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Liam Payne, mantan anggota boyband One Direction, yang meninggal dunia pada Rabu (16/10/2024), curhat soal pergulatannya dengan ketenaran dan kecanduan.

Dalam sebuah wawancara tahun 2021 di podcast The Diary of a CEO, Payne menceritakan saat dirinya mencapai titik terendah dalam hidup, saat harus menghadapi alkoholisme dan pikiran untuk bunuh diri.

"Saya khawatir seberapa dalam titik terendah saya. Di mana batasnya? Dan kalian tidak akan pernah melihatnya. Saya sangat pandai menyembunyikannya. Tak ada yang akan melihatnya," kata Payne.

Ia juga mengaku bahwa ada hal-hal yang tak pernah ia ungkapkan kepada siapa pun.

"Ada beberapa hal yang sangat, sangat parah, dan itu menjadi masalah besar. Sampai suatu ketika saya melihat diri saya, barulah saya sadar, 'Baiklah, saya harus memperbaiki diri saya'," tambahnya.

Payne mengenang saat melihat foto dirinya yang tak sedap dipandang saat berada di atas kapal: "Wajah saya tampak bengkak... Saya menyebutnya wajah pil dan alkohol. Wajah saya seperti sepuluh kali lebih besar dari sekarang. Saya sangat tidak suka dengan diri saya, dan itu yang memotivasi saya untuk berubah."

Ia juga terbuka tentang kebiasaan minumnya yang terus berlanjut.

Payne menjelaskan bahwa selama One Direction berada di puncak ketenaran, cara terbaik untuk menjaga mereka adalah dengan mengurung mereka di kamar.

"Dan tentu saja, apa yang ada di kamar? Mini bar," ungkapnya.

"Sampai pada titik tertentu, saya berpikir, 'Ya, saya akan berpesta sendirian,' dan itu berlanjut selama bertahun-tahun dalam hidup saya."

Sebagai remaja yang haus akan kebebasan, Payne merasa bahwa hidupnya sangat terbatas.

"Dari luar, tampak seperti kami bisa melakukan apa saja, tapi kenyataannya kami selalu terkunci di kamar pada malam hari. Itu seperti mereka hanya membuka kain penutup, membiarkan kami keluar sebentar untuk bersenang-senang, lalu kembali dikurung," kenangnya.

Ketergantungan pada alkohol semakin memburuk selama pandemi. Ia menggambarkan masa itu sebagai waktu terburuk baginya.

"Saya minum semakin dini setiap harinya. Tidak ada batasan. Saat berada di Zoom, sangat mudah menyembunyikan bahwa saya sudah sedikit mabuk di waktu yang tidak seharusnya," akunya, seraya menambahkan bahwa selama masa lockdown global, berat badannya meningkat drastis.

"Saya makan tidak sehat dan menyebutnya sebagai masa 'bulking' untuk peran film.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved