Gorontalo Terkini

BMKG Minta Warga Gorontalo Tak Resah dengan Isu Megatrust

Hal ini disampaikan dalam konferensi pers yang digelar di Rumah Dinas Gubernur Gorontalo, oleh Plt Kepala Penelitian dan Pengembangan BMKG, Rahmat Tri

Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Herjianto Tangahu, TribunGorontalo.com
Plt Kepala Penelitian dan Pengembangan BMKG, Rahmat Triyono dan Pj Gubernur Gorontalo Rudy Salahuddin saat konferensi pers di Rudis Gubernur Gorontalo, Senin (2/9/2024). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Gorontalo menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan isu megatrust di Gorontalo Utara.

Hal ini disampaikan dalam konferensi pers yang digelar di Rumah Dinas Gubernur Gorontalo, oleh Plt Kepala Penelitian dan Pengembangan BMKG, Rahmat Triyono.

Rahmat menjelaskan, meskipun terdapat sesar aktif di darat dan laut Gorontalo, potensi megatrust di Gorontalo Utara tidak sebesar yang dikhawatirkan.

"Secara historikal, gempa dengan magnitudo tujuh ke atas sudah terjadi empat kali, dan energi dari gempa tersebut sudah dirilis," ungkap Rahmat.

Baca juga: 7 Pasangan Calon Kepala Daerah di Gorontalo Diusung PDIP untuk Pilkada 2024

Ia menambahkan, ancaman yang lebih perlu diwaspadai justru datang dari sesar aktif di daratan.

Menurutnya, gempa bumi yang terjadi di daratan, meskipun dengan magnitudo yang lebih kecil, dapat menimbulkan kerusakan yang lebih signifikan.

"Sesar dan patahan aktif di daratan Gorontalo adalah ancaman yang nyata dan harus diperhatikan serius," tegas Rahmat.

Ia juga mengingatkan bahwa gempa darat tidak memerlukan magnitudo besar untuk menimbulkan kerusakan yang parah.

BMKG bersama sejumlah institusi, seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Negeri Gorontalo (UNG), akan melakukan kajian pemetaan sesar aktif di wilayah Gorontalo pada bulan September hingga Desember 2024.

Wilayah yang menjadi fokus kajian meliputi Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Bone Bolango.

Hasil dari kajian ini akan dirilis pada Januari 2025 dan akan diikuti dengan rekomendasi untuk pemerintah provinsi terkait zona-zona merah yang tidak boleh dibangun atau harus menggunakan konstruksi tahan gempa.

Rahmat juga menegaskan bahwa BMKG dilengkapi dengan alat pendeteksi gempa atau seismograf yang mampu mendeteksi gempa dengan magnitudo kecil.

"Gempa-gempa kecil ini memberikan data penting dalam menentukan lokasi sesar aktif," jelasnya.

Data historis BMKG menunjukkan bahwa sejak tahun 1960 hingga 2024, terjadi sejumlah gempa bumi di empat wilayah yang menjadi objek kajian.

Gempa terbaru yang tercatat pada 17 November 2024 lalu, dengan magnitudo 7,7 dan kedalaman 10 kilometer, semakin memperkuat dugaan adanya sesar aktif di wilayah tersebut.

Gempa ini diikuti oleh tiga gempa susulan dengan magnitudo antara 5,1 hingga 6,0.

Dengan adanya kajian mendalam ini, Rahmat berharap masyarakat Gorontalo dapat lebih memahami potensi gempa yang ada dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat sesuai dengan rekomendasi yang akan dikeluarkan BMKG. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved