Berita Viral

Murid SD Belajar di Ruangan Bekas WC, Kepsek 2 Kali Lapor Dinas Pendidikan 'Tidak Ada Hasil'

Sebanyak 18 murid Sekolah Dasar di Kecamatan Koto Kampar Hulu harus belajar di ruangan bekas WC (toilet).

Editor: Fadri Kidjab
Kompas.com
Potret para siswa belajar di ruangan bekas bangunan WC 

TRIBUNGORONTALO.COM – Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Koto Kampar Hulu harus belajar di ruangan bekas WC (toilet).

SDN 002 Tanjung di Kabupaten Kampar Riau ini memang lagi kekurangan ruangan.

Mereka sudah 5 tahun mengalihfungsikan ruangan khusus buang hajat itu demi menampung para peserta didik.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SDN 002 Tanjung, Apriwardi.

Menurut Apriwardi, pihaknya terpaksa merenovasi ruangan tambahan. Saat ini total 223 murid SDN 002 Tanjung.

Kondisi itu membuat para siswa tidak semua bisa tertampung.

Untuk itu pihaknya memperbaiki dan memanfaatkan ruangan bekas WS untuk kegiatan belajar mengajar.

"Sudah lima tahun anak-anak belajar di situ. Itu ruang belajar murid kelas satu," ungkap Apriwardi melalui sambungan telepon, Selasa (11/6/2024) malam, seperti dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com.

"SDN 002 ini cuma ada 9 kelas. Muridnya ada 223 orang. Karena kekurangan ruangan, jadi terpaksa bekas WC dijadikan tempat belajar anak-anak. Di ruangan ini ada 18 orang murid," imbuhnya.

Sementara itu, lanjut Apriwardi, pihak sekolah sudah mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar untuk penambahan ruang kelas.

Sejumlah warga juga hadir di acara soft launching Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di halaman Sekolah Dasar Negeri 014, Kampung 4 Desa Segamit, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan,Selasa (4/6/2024).
Sejumlah warga juga hadir di acara soft launching Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di halaman Sekolah Dasar Negeri 014, Kampung 4 Desa Segamit, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan,Selasa (4/6/2024). (Kompas.com)

Namun, sudah bertahun-tahun permintaan sekolah tak pernah digubris dan tak kunjung dikabulkan.

"Sudah dua kali kami masukkan proposal ke dinas (Dinas Pendidikan Kampar) tahun 2022, untuk penambahan ruang kelas. Waktu itu orang dinas sudah datang meninjau. Katanya sudah oke, tapi entah apa masalahnya sampai sekarang tak ada hasil," tutur Apriwardi.

"Ya, harapan kami kepada pemerintah agar tahun ini dapat menambah ruang kelas murid dan ruangan untuk guru," tambah Apriwardi.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kampar Aidil belum bisa memberikan penjelasan saat dihubungi Kompas.com.

Keadaan ini sama seperti keadaan murid-murid di Sekolah Dasar SD Negeri 014 Kampung 4 Desa Segamit, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel).

Ternyata selama kurang lebih 17 tahun, para murid SD ini tak pernah merasakan yang namanya listrik.

Sepanjang menempuh pendidikan, para siswa lulusan SDN 014 ini tak pernah merasakan listrik.

Sekolah tersebut bahkan harus menunggu sampai selama 17 tahun untuk mendapatkan hak atas listrik tersebut.

Setelah 17 tahun menanti, Sekolah Dasar (SD) Negeri 014 Kampung 4 Desa Segamit, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) akhirnya dapat teraliri listrik.

Itu setelah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) kolaborasi antara Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), alumni, dan sejumlah perusahaan mendukung proses instalasi listrik tersebut pada pekan ini.

Pada 2007, SD 014 adalah sekolah filial dengan bangunan definitif yang baru selesai dibangun pada 2021.

Sebelum memiliki bangunan sendiri, siswa-siswa SDN 014 Muara Enim harus menempuh jarak 12 kilometer untuk mengikuti ujian nasional ataupun ujian semester.

Bukan hanya itu, proses belajar pun tanpa adanya listrik karena lokasi tersebut belum terpasang tower pembangkit sampai saat ini.

Kondisi tersebut berbanding terbalik, di mana wilayah Kabupaten Muara Enim adalah pemasok listrik terbesar untuk wilayah Sumatera hingga Jawa.

Kepala SDN 014 Muara Enim, Zulfikri mengatakan, selama tanpa listrik, metode pembelajaran tidak bisa optimal, terutama dalam hal penerapan teknologi digital.

Padahal, di era saat ini kemampuan untuk menggunakan teknologi digital dalam pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebab, banyak materi pendidikan yang didapat secara digital.

Sementara untuk menampilkan itu, tenaga pengajar tidak bisa melakukannya karena tidak adanya jaringan listrik bahkan sinyal internet pun sulit diakses.

Alhasil, 125 siswa sekolah tersebut hanya menerima materi melalui buku pelajaran.

"Ketiadaan listrik membuat kami tidak bisa memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran. Padahal, metode ini sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (8/7/2024), dikutip TribunJatim.com via Kompas.com.

Zulfikri pun menceritakan bagaimana perjuangan mereka dalam kondisi serba terbatas.

Kendati demikian, seluruh guru di SD 014 tetap memberikan pelajaran secara maksimal meski tanpa adanya aliran listrik.

Semangat para siswa, guru serta orang tua murid tetap tinggi. Ditambah lagi mereka kini telah memiliki bangunan gedung sekolah sendiri sehingga tidak perlu menempuh perjalanan dengan jarak 12 kilometer ke sekolah induk terdekat.

"Tapi walaupun sudah punya bangunan sekolah sendiri, tantangan baru adalah ketiadaan listrik,"ujarnya. (*)

 

(TribunGorontalo.com/TribunJatim.com)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul 5 Tahun Murid Belajar di Ruangan Bekas WC, Kepsek Cuma Didiamkan usai Lapor Diknas: Sudah 2 Kali

Sumber: TribunJatim
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved