Kematian Prajurit Marinir
Lettu Eko Damara Meninggal saat Tugas di Papua, Keluarga Ungkap Kejanggalan: Ada Bekas Sulutan Rokok
Pria berusia 30 tahun itu merupakan prajurit TNI AL di Satuan Tugas Mobile RI-PNG Batalion Infanteri 7 Marinir.
Tak hanya itu, pihak keluarga menemuka luka lebam di mata, bawah ketiak, lutut kanan, hingga kaki kanan.
Paman Eko, Abdul Sattar Siahaan, juga menilai ada kejanggalan karena disebutkan tidak ada orang di sekitar kamar Eko saat kejadian penembakan itu.
"Mereka menyebut, Eko meminta semua rekannya pergi dari pos komando taktis sebelum aksi bunuh diri itu. Ini janggal karena pos itu tempat para perwira. Rasanya tidak mungkin dia bisa meminta semua perwira meninggalkan posnya," ungkapnya.
Ia juga menyesalkan langkah Korps Marinir yang tidak melakukan autopsi dan penyelidikan hukum.
"Sangat janggal jika seorang prajurit TNI ditemukan meninggal di kamarnya dengan luka tembak dan luka lebam, tetapi tidak ada penyelidikan hukum sama sekali," tegas dia.
"Lalu, cepat-cepat disimpulkan Eko mati karena bunuh tanpa dasar penyelidikan apa pun," imbuh dia.
Pandangan Peneliti
Secara terpisah, Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (Isess), Khairul Fahmi, mengungkapkan, ketidakpuasan pihak keluarga atas informasi kematian Letnan Satu (Lettu) Dokter Eko Damara seharusnya bisa dijawab oleh pihak TNI AL.
Bukti-bukti yang dikumpulkan pihak keluarga sudah cukup bagi TNI AL untuk menginvestigasi ataupun membuka informasi.
”TNI AL seharusnya mengomunikasikan dengan baik apa yang terjadi, ketidakpuasan pihak keluarga pun harus direspons. Tanpa otopsi, apakah memang Lettu Eko Damara benar bunuh diri? Apakah mungkin ada hal lain yang terjadi?” ujar Fahmi saat dihubungi dari Jakarta, Jumat sore.
Menurut Fahmi, otopsi bakal dengan mudah mengungkap penyebab kematian Eko.
Jika memang benar bunuh diri, TNI AL bisa menyelidiki soal kemungkinan penganiayaan dan potensi lainnya. Segala kejanggalan dalam proses kematian sebaiknya dicari titik terangnya.
Apabila memang ada keterlibatan prajurit lainnya, lanjut dia, seharusnya investigasi menjadi momen TNI AL untuk membersihkan institusinya.
Jangan sampai prestasi segudang tertutupi akibat ketidakmampuan institusi mengungkap informasi.
Upaya menjaga nama baik lewat penutupan informasi sudah tidak relevan lagi pada era modern.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.