Human Interest Story
Cerita Srinita Mokodompit, Rintis Usaha Keripik Goroho jadi Oleh-oleh Khas Gorontalo
Cerita Srinita Mokodompit, Rintis Usaha Keripik Goroho hingga jadi Oleh-oleh Khas Gorontalo
Penulis: Redaksi | Editor: Rafiqatul Hinelo
Reporter: Atika Otaha
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Pisang goroho adalah jenis pisang yang banyak ditemui di wilayah Sulawesi. Seorang warga Gorontalo mengkreasikan pisang ini menjadi produk camilan keripik Goroho.
Pisang goroho biasanya dijual di pasar tradisional. Namun, pisang Goroho juga bisa diolah dan dikemas menjadi satu produk camilan yang lezat dan enak, yakni keripik goroho, seperti yang dilakukan oleh Srinita Mokodompit.
Srinita memiliki usaha keripik goroho yang ia beri nama, Mhita Totabuan.
Srinita sendiri merupakan guru SDN 20 Dungingi, Kota Gorontalo sekaligus Bhayangkari.
Awalnya, Srinita terinspirasi membuat keripik ini dari saat masa pandemi Covid-19.
Pada saat pandemi Covid-19 melanda Gorontalo, seluruh sekolah tidak lagi aktif melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, melainkan dilaksanakan secara Daring (Dalam Jaringan) di rumah.
Srinita yang berprofesi sebagai seorang guru, ia tentu memiliki rutinitas pekerjaan sekolah yang padat. Untuk itu, ketika pandemi hadir, ia merasa jenuh jika terus menerus berada di rumah dengan kurun waktu yang cukup lama.
"Saya biasa bekerja, sehingga kalau di rumah saja, saya merasa jenuh. Karena tidak melakukan aktivitas apapun," ucap Srinita pada TribunGorontalo.com, Jumat (10/05/2024).
Sebelumnya, keripik goroho ini dibuat hanya sebagai untuk camilan keluarga. Sebab, sebagai seorang ibu, Srinita terdorong untuk memberikan makanan enak, menarik, dan minim bahan pengawet atau sejenisnya untuk buah hatinya.
Lalu, ide tersebut menjadi lebih serius dilakukannya.
Terlebih, mengingat pisang goroho banyak diminati masyarakat Gorontalo.
Modal pertama yang ia gunakan untuk merintis usahanya saat itu hanya Rp 100 ribu.
Meskipun ia berstatus sebagai ASN dan Bhayangkari, tetapi ia tidak merasa minder untuk berjualan. Bahkan, ia seringkali menawarkan usaha keripik goroho kepada teman-temannya.
Selain itu, Srinita juga menitipkan keripik goroho tersebut ke rumah makan dan warung-warung kecil.
Berkat kerja kerasnya, kini ia bisa mendapatkan omset mencapai puluhan juta rupiah per bulan.
"Modal awal saya hanya Rp 100 ribu, dan Alhamdulillah sekarang saya bisa mendapatkan penghasilan mencapai puluhan juta rupiah, untuk penghasilan kotor sekitar Rp 30 juta hingga 50 juta dan bersihnya itu Rp 20 juta per bulan," tambahnya.
Keripik goroho Mhita Totabuan ini dibuat dengan berbagai macam varian rasa, di antaranya original, cokelat, susu keju dan balado.
Harga yang ditawarkan untuk keripik goroho ini mulai dari harga Rp 5 ribu hingga Rp 25 ribu.
Produk keripik goroho milik Srinita juga bisa dijangkau oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Nama keripik goroho Mhita Totabuan punya makna tersendiri bagi Srinita. Mhita diambil dari nama udara karena waktu kuliah ia pernah menjadi penyiar.
Sementara Totabuan merupakan salah satu nama daerah di Kotamobagu, yang mana pisang goroho tersebut diperoleh dari Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Selain keripik goroho, rupanya Srinita juga memproduksi produk olahan makanan lainnya, yaitu acar tuna goroho, stik bawang, kerupuk original, kerupuk udang dan kerupuk ikan tuna yang dibuat dari bahan dasar pisang goroho.
Srinita berharap, keripik pisang goroho ini bisa dikenal oleh masyarakat luas, yang mana keripik pisang goroho hanya ada di Gorontalo dan tidak ada di daerah lain.
Ia juga berharap usaha keripik goroho ini akan semakin berkembang, sehingga nanti ia dapat memberikan peluang kerja untuk warga Gorontalo.
"Harapan saya usaha keripik pisang goroho ini bisa berkembang, maka saya bisa membuka lapangan kerja untuk warga Gorontalo," tutupnya.
Srinita menambahkan, ia juga ingin memperkenalkan produk keripik pisang goroho ini ke seluruh masyarakat, baik lokal maupun Internasional, bahwa produk keripik pisang goroho Mhita Totabuan merupakan salah satu oleh-oleh yang hanya ada di Gorontalo. (*)
9 Tahun di Balik Jeruji, Hendritis Saleh Eks Kadis PUPR Gorontalo Merasa Lebih Dekat dengan Allah |
![]() |
---|
Kisah Cinta Napi Gorontalo, Ridwan Kalatif Menikahi Mantan Kekasih di Dalam Lapas |
![]() |
---|
Kisah Deasinta Rian Hepat, Guru Ngaji Tulus yang Tak Pernah Menghitung Upah |
![]() |
---|
Kisah Elma, Pedagang UMKM Asal Telaga Biru Gorontalo Jualan di CFD, Ini Menu yang Dijajakan |
![]() |
---|
Sosok Stenly Dani, Guru Seni Budaya di Gorontalo Nyambi Jadi Fotografer |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.