Tumbilotohe Gorontalo

Lampu Tumbilotohe di Boalemo Gorontalo akan Gunakan Minyak Goreng

"Untuk perayaan tumbilotohe di Kabupaten Boalemo akan memakai metode ramah lingkungan," ungkap Pj Bupati Boalemo, Sherman Moridu, Jumat malam (29/3/20

|
Penulis: Nawir Islim | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com/WawanAkuba
Tradisi perayaan Tumbilotohe Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Perayaan tradisi Tumbilotohe di Kabupaten Boalemo, Gorontalo tidak hanya akan meriah, tapi juga lebih ramah lingkungan. 

"Untuk perayaan tumbilotohe di Kabupaten Boalemo akan memakai metode ramah lingkungan," ungkap Pj Bupati Boalemo, Sherman Moridu, Jumat malam (29/3/2024).

Kata Sherman Moridu, tradisi Tumbilotohe pada jelang Lebaran Idulfitri 1445 Hijriah ini akan menggunakan minyak goreng. 

Bukan minyak goreng biasa, menurut eks Sekda Boalemo itu, minyak goreng kampung yang akan digunakan. Minyak ini biasanya dibuat secara tradisional oleh warga. 

Baca juga: Mahasiswa Fakultas Teknik UNG akan Meriahkan Tumbilotohe Gorontalo

"Nantinya setiap lampu botol akan menggunakan minyak kelapa kampung sebagai bahan bakarnya," tambahnya.

Kata serman, selain pemakaian minyak kampung, sumbu dari lampu botol tersebut akan menggunakan kapas khusus.

"Adapula kapas khusus yang nanti akan digunakan dalam lampu botol tersebut," katanya.

Tahun ini ungkap Sherman, lapangan Alun-Alun Tilamuta, pusat pemerintahan Boalemo, akan dihiasi ribuan botol lampu berbahan bakar minyak goreng ini. 

Ia memastikan, pihaknya akan mulai merayakan tradisi Tumbilotohe ini pada 06 April 2024 hingga 08 April 2024 atau selama tiga malam. 

Sherman pun menghimbau masyarakat ikut merayakan tradisi tumbilotohe ini dengan metode yang sama.

Baca juga: Rita Polapa Tetap Jualan Lampu Botol Tumbilotohe Gorontalo Meski Banyak Saingan

"Saya mengimbau untuk masyarakat agar dapat menggunakan metode ramah lingkungan juga ketika merayakan tradisi yang selalu di laksanakan pada Ramadhan ini," tutupnya.

Apa itu Tumbilotohe?

Tradisi Tumbilotohe di Gorontalo konon telah berlangsung sejak abad 15. Dahulu, masyarakat menggunakan wamuta (sejenis seludang), tohetutu (damar), dan padamala (wadah dari kima, kerang, atau pepaya) sebagai penerangan.

Seiring waktu, tradisi ini berkembang dengan penggunaan minyak tanah dan kini lampu listrik.

Tradisi ini bukan sekadar hiasan, tetapi memiliki makna religius dan sosial. Tumbilotohe mencerminkan rasa syukur atas datangnya bulan Ramadhan dan menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Cahaya yang terang benderang melambangkan kemenangan iman dan harapan baru.

Malam Tumbilotohe menjadi malam paling ramai di Gorontalo. Ribuan lampu hias dipasang di berbagai sudut kota, diiringi lantunan pantun dan atraksi budaya.

Tradisi ini menjadi ajang silaturahmi dan hiburan bagi masyarakat. Biasanya digelar tiga hari sebelum lebaran Idulfitri. 

Keunikan Tumbilotohe terletak pada penggunaan lentera tradisional yang dihiasi janur kuning dan dihiasi dengan pisang sebagai lambang kesejahteraan dan tebu sebagai lambang keramahan.

Formasi lentera yang indah dan atraksi budaya seperti meriam bambu dan festival bedug menambah semaraknya tradisi ini.

Tumbilotohe merupakan tradisi unik yang tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia. Tradisi ini memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara.

Walaupun tradisi serupa dengan nama berbeda terdapat di daerah tetangga Gorontalo seperti Maninjulo Lambu di Bolmut dan Sumpilo Soga di Bolsel, Tumbilotohe di Gorontalo memiliki keunikan dan kemeriahan yang berbeda.

Tradisi ini menjadi ikon budaya Gorontalo yang patut dilestarikan dan dipromosikan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Baca Juga

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved