Masalah RSAS Gorontalo
Gaji Proyek RS Aloei Saboe tak Cair, Pekerja Asal Jawa Tak Bisa Hadiri Pemakaman Orangtua
Saat berbincang dengan TribunGorontalo.com, Jumat (23/2/2024), pria bernama Haryono itu mengaku tak bisa hadiri pemakaman ibunya.
Penulis: Arianto Panambang | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Cerita menyedihkan diungkapkan seorang pekerja Bangunan Gedung Bedah Jantung dan Stroke RS Aloei Saboe, Kota Gorontalo.
Saat berbincang dengan TribunGorontalo.com, Jumat (23/2/2024), pria bernama Haryono itu mengaku tak bisa hadiri pemakaman ibunya.
Hal itu lantaran gajinya sebagai pekerja proyek senilai Rp 16 miliar itu tak kunjung cair. Bahkan ia harus bersabar dalam dua bulan ini menunggu haknya tersebut.
"Rabu kemarin sebelum pemilihan (14 Februari 2024), Ibu saya meninggal pun saya gak bisa pulang, keadaan begini, gak ada tiket," ungkapnya kepada TribunGorontalo.com, Jumat (23/2/2024)
"Sampai istri juga marah-marah di rumah," tambahnya.
Tak hanya itu, Haryono juga mempunyai sejumlah hutang di salah satu bank. Ia cukup kepikiran dengan hal itu.
"Bahkan orang rumah sudah jual barang-barang, ada kalung, gelang sudah dijualin untuk makan dan biaya lain," ucapnya.
Ia pun mewakili pekerja lainnya meminta pihak rumah sakit dan kontraktor agar segera memberikan haknya.
"Tolong untuk bapak direktur dan bapak kontraktor, kita sebagai tenaga cuman ngambil uang kita kerja, jangan sampai kita yang sakit di sini, makasih," tuturnya.
Diketahui sebelumnya sekitar 14 pekerja bangunan baru bedah jantung dan stroke RSUD Aloe Saboe belum menerima gaji selama dua bulan.
Menanggapi hal tersebut Direktur RSUD Aloe Saboe, Andang Ilato mengatakan hal tersebut bukanlah tanggung jawabnya.
"Saya lagi sibuk, itu bukan urusan saya," ucapnya saat ditemui TribunGorontalo.com di ruang Unit Gawat Darurat (UGD).
Andang menjelaskan persoalan pekerja merupakan tanggung jawab dari pihak Kontraktor Bangunan.
"Tanyakan ke kontraktor," jelasnya
Sementara Kontraktor Bangunan Bedah Jantung dan Stroke RS Aloei Saboe, Topan Samudra Perkasa membenarkan hal tersebut.
Ia mengatakan memang selama dua bulan gaji pekerja belum dibayarkan.
"Kami sudah bayar sekitar 95 persen, nah yang dua bulan itu hanya 5 persen belum kami bayar, sekarang masih proses pencairan 100 persen," ungkapnya.
Dikutip dari LPSE Kota Gorontalo, proyek ini bernama Pengadaan Bangunan Gedung Bedah Jantung dan Stroke.
Proyek ini tercatat dengan kode tender 1519685. Nilai pagu paket mencapai Rp 16.5 miliar.
Tender dibuka sejak 24 Maret 2023 dan diikuti oleh 123 peserta.
Namun, tender proyek tersebut dimenangkan oleh perusahaan PT. Wiratama Graha Raharja, Jl. Pagesangan 4 Kencana, Surabaya, Jawa Timur.
Perusahaan ini menawar proyek hingga Rp 14.5 miliar atau Rp 1.5 miliar lebih murah dari HPS-nya.
Sejarah RSAS Kota Gorontalo
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. dr. Aloei Saboe Jl. Taman Pendidikan, Kelurahan Wongkaditi Timur, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo memiliki sejarang panjang. Usianya bahkan empat tahun lagi akan genap 100 tahun.
RSUD Prof Dr Aloei Saboe pada masa awal pembangunannya dinamai RSU Kotamadya Gorontalo. Dibangun pada 1926 dan dimanfaatkan sejak tahun 1929. Artinya pada 2024 ini, usia RSUD ini menginjak 98 tahun.
Pada awal pembangunannya, RSU Kotamadya Gorontalo ini hanya memiliki empat ruangan, terdiri dari ruangan utama, apotek, poliklinik, dan ruangan rawat inap.
Baru pada sekitar tahun 1978, dilakukan lagi pembangunan fisik dan non fisiknya. Saat itu kira-kira pada masa akhir program Pelita milik pemerintah.
Setahun berikutnya, pada 1979, melalui SK MENKES RI Nomor: 51/Men.Kes/SK/II/79, RS ini ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C yang memenuhi persyaratan empat spesialis dasar.
Lalu pada tahun-tahun selanjutnya ditambah spesialis mata dan spesialis anak serta spesialis THT.
Namanya baru berubah menjadi RSUD Prof Dr Aloei Saboe seperti saat ini, nanti pada 17 September 1987. Nama tersebut diambil dari nama seorang perintis kemerdekaan asli Gorontalo.
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo yang diambil dari nama seorang perintis kemerdekaan putera daerah yang diabadikan sebagai penghargaan atas pengabdiannya di bidang kesehatan.
Adapun pergantian nama itu ditetapkan berdasarkan SK Walikotamadya Gorontalo No. 97 tahun 1987.
Pada tanggal 31 Agustus 1995 oleh Pemda Tingkat II (Walikotamadya KDH Tingkat II Gorontalo) diusulkan kenaikan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe dari kelas C Plus ke kelas B Non Pendidikan.
Lalu, berdasarkan Surat Keputusan Wali kota Gorontalo Nomor 315 tanggal 25 Maret tahun 2002, RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe ditetapkan menjadi Badan Pengelola RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
RS ini jadi unit pelaksana pemerintah di bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang berlokasi di Jl. Sultan Botutihe No. 7 Kelurahan Heledulaa Selatan Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.
Namun, pada 19 Maret 2005, RS ini dipindahkan ke lokasi baru di Jl. Taman Pendidikan Kelurahan Wongkaditi Timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Wilayah ini memiliki luas 5,4 Ha.
Kini, lokasi awal RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe yang saat itu bernama RSU Kotamadya Gorontalo, dibangun Gorontalo Citimall.
Saat ini RSUD Prof Dr Aloei Saboe menjadi rumah sakit terbesar di Provinsi Gorontalo dan menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan di Provinsi Gorontalo. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.