Imlek Gorontalo
Masyarakat Gorontalo Sangat Menanti Barongsai di Cap Go Meh Nanti
Adalah Nina Lihawa (40) warga masyarakat Gorontalo yang melihat perayaan Cap Go Meh dengan Barongsai sebelum pandemi Covid-19.
Penulis: Andika Machmud | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Masyarakat Gorontalo merindukan acara Cap Go Meh Imlek yang rencananya akan dirayakan tanggal 24 Februari 2024.
Perayaan tahun ini akan ada tarian tradisional dari Tiongkok yaitu Barongsai.
Adalah Nina Lihawa (40) warga masyarakat Gorontalo yang melihat perayaan Cap Go Meh dengan Barongsai sebelum pandemi Covid-19.
Wanita yang berjualan langsat dan duku di sekitar Klenteng Tulus Harapan Kita itu merasa pengalaman menonton Barongsai adalah sesuatu yang mengasyikkan.
"Pengalaman saya itu bagus, makanya sering ikut meramaikan," ungkapnya kepada TribunGorontalo, Sabtu (17/02/2024).
Baca juga: Korban Kebakaran di JDS Kota Gorontalo Nebeng di Rumah Tetangga
Ia mengaku menyukai atraksi naga dan tatung dari Cap Go Meh. Selain itu ia senang melihat anak-anak kecil juga ikut dalam atraksi tersebut.
Dirinya berpendapat jika tahun ini pasti akan seru karena beberapa tahun belakangan tidak pernah melihat lagi.
"Tahun ini pasti seru, kan sudah lama tidak ada," katanya.
Sebagai seorang pedagang, ia merasa bersyukur adanya acara Cap Go Meh.
Hal itu karena merasa acara ini membawa berkah untuk dagang atau jualannya agar bisa laris.
"Alhamdulillah ya, saya bersyukur sekali bisa ada acara ini," ungkapnya.
Ia merasa jika pendapatan dari penjualannya akan meningkat karena akan banyak masyarakat yang ikut menonton pertunjukan tersebut.
Namun, Nina mengaku tidak mengetahui perayaan tersebut ditiadakan beberapa tahun belakangan ini selain karena Covid-19.
Baca juga: Sosok Bripda Yusran Lameo, Polisi di Gorontalo Tetap Pilih Jaga TPS Kendati Rumahnya Terbakar
Nina berharap jika kedepannya permainanan atau atraksi Barongsai akan lebih menarik.
"Ya semoga ya ada perubahan lebih baik lain, bahkan acaranya lebih lama, tapi kan harus ada ijin juga dari pemerintah," ungkapnya.
Senada dengan Nina Lihawa, Dzuki Usman berharap jika tahun ini lebih meriah.
Terakhir melihat sejak tahun 2020 sebelum Covid-19. Ia mengaku sampai saat ini tidak mengetahui alasan hilangnya atraksi tersebut.
"Saya itu suka sekali lihat permainan Tatung, atau mereka yang ambil angpai diatas rumah," katanya.
Dzukri mengetahui jika tahun ini akan diadakan kembali, namun ia merasa jalan disekitar akan mengganggu kenyamanan masyarakat.
Baca juga: Cerita Mani Akuba Saat Tolong Anak Sebelum Terbakar dalam Rumah di Gorontalo, Korban Beri Isyarat
"Itu jalan kan tempat orang nonton, pinggiran itu masih ada yang rusak, dan kebanyakan orang dari arah situ," ungkapnya.
Namun ia berharap atraksi tersebut tetap ada di tahun 2024.
"Ini kan lagi tahun pemilu, saya harap tahun ini (barongsai) lebih menghibur masyarakat, karena kan masyarakat lagi pusing dan stres akibat pemilu," tutupnya.
Cap Go Meh adalah akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek yang dilakukan tiap tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa atau 2 minggu setelah Tahun Baru Imlek.
Perayaannya diawali dengan berdoa di wihara, kemudian dilanjutkan dengan iringan kenong dan simbal serta pertunjukan barongsai dan pertunjukan tradisional Tionghoa.
Istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien "Chap Goh Meh" (十五冥) yang berarti malam kelima belas.
Isitilah ini umum digunakan oleh Tionghoa Indonesia dan Malaysia. Di Tiongkok, nama yang umum adalah festival lampion (元宵節; Pinyin: yuánxiāo jié).
Perayaan Cap Go Meh telah dilakukan sejak abad ke-7 Masehi pada masa Dinasti Han di Tiongkok, terutama saat migrasi masyarakat Tionghoa ke wilayah bagian selatan Tiongkok.
Perayaan diadakan bersama oleh raja dan masyarakatnya pada malam tanggal ke-15 bulan pertama penanggalan Tionghoa.
Para petani memasang lampion berwarna warni di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman serta memperindah pemandangan.
Baca juga: Menikmati Kuliner dan Berenang dengan Pemandangan Laut di Blue Marlin Gorontalo
Selain itu, diadakan pertunjukan musik dan barongsai untuk memeriahkan perayaan. Setelah itu, Cap Go Meh kemudian diadakan secara turun-temurun oleh masyarakat Tionghoa yang tersebar di seluruh dunia.
Sementara Barongsai adalah tarian tradisional Tiongkok dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat Tionghoa, singa dianggap sebagai simbol keberanian, kekuatan, kebijakan dan keunggulan.
Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini dengan tujuan untuk mendatangkan keberuntungan, hal ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Qin sekitar abad ketiga sebelum masehi.
Baca juga: Komentar Pengamat Politik Gorontalo Hendra Yasin terhadap Quick Count Pilpres 2024
Kesenian Barongsai mulai populer pada zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi.
Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi.
Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda hingga sekarang.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.