Valentine Day

Pemuda dan Mahaswa Gorontalo tak Mau Rayakan Valentine Day

Meskipun penjualan cokelat laris manis di pasaran, tradisi merayakan Valentine Day masih belum begitu populer di kalangan masyarakat Gorontalo.

Penulis: Andika Machmud | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo/
Ahmad Fauzi Ahfa (25), mahasiswa Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Masyarakat Gorontalo tampaknya memiliki cara pandang yang berbeda hari ini, Rabu 14 Februari 2024.

Meskipun penjualan cokelat laris manis di pasaran, tradisi merayakan Valentine Day masih belum begitu populer di kalangan masyarakat Gorontalo.

Berdasarkan penelusuran TribunGorontalo.com, beberapa warga mengaku mengetahui tentang Valentine Day dari media sosial dan diskon besar-besaran cokelat di minimarket.

Namun, mereka tidak pernah melihat teman-teman atau orang di sekitar mereka merayakannya secara terbuka.

Alasan mereka tidak merayakan Valentine Day beragam, mulai dari tidak tertarik, tidak mengetahui asal-usulnya, hingga tidak sesuai dengan budaya lokal.

Meskipun demikian, beberapa responden melihat adanya perubahan kecil dalam beberapa tahun terakhir.

Semakin banyak orang yang mulai mengenal Valentine Day, dan beberapa toko mulai menawarkan promo dan dekorasi khusus.

Hadad Helmi, mahasiswa Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, UNG menjelaskan jika dirinya tak pernah merayakan Valentina. 

Dirinya mengakui tidak tertarik dengan perayaan tersebut karena alasan tertentu.

Pun, ia tidak mengetahui asal-usul cokelat yang diidentikan dengan hari perayaan kasih sayang.

"Saya tidak tahu kenapa cokelat bisa identik dengan hari perayaan, seperti tidak ada hubungannya," ungkapnya kepada TribunGorontalo.com, Selasa (13/02/2024)

Hadad hanya melihat beberapa orang memberikan barang kepada pasangannya berupa hadiah meskipun bukan cokelat.

Senada dengan jawaban Hadad Helmi, Ahmad Fauzi Ahfa (25) ia mengaku tidak pernah juga merayakan hari valentine.

Namun, mahasiswa UNG asal Jawa Barat ini pernah mendengar adanya hari perayaan tersebut.

Apalagi di sosial media, ia sering melihat postingan orang-orang yang merayakan.

Berbeda dengan Hadad, Ahmad Fauzi di sosial medianya lebih sering melihat orang yang merayakan hari tersebut memberikan cokelat kepada pasangan, teman, hingga keluarganya.

Meski begitu, tetap ada beberapa yang memberi hadiah lain.

Ia tahu cokelat identik dengan valentine karena masyarakat menganggapnya sebagai ungkapan rasa cinta atau terima kasih kepada orang lain.

Mahasiswa semester 10 itu menjelaskan perayaan tersebut pertama kali didengar pada saat Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, ia tidak pernah melihat teman-temannya merayakan.

"Teman-teman saya juga tidak ada yang tertarik merayakan hal itu," ungkapnya.

Dirinya sering melihat adanya promo di berbagai minimarket.

Responden ketiga, Hakim Rahim (21) pun mengaku hal yang sama.

Sejak kelas tiga SMA, ia hanya melihat perayaan tersebut di media sosial.

"Seperti Instagram, Facebook," ungkapnya.

Selain itu, ia sering melihat di minimarket Gorontalo memberikan diskon cokelat menjelang Februari.

"Soalnya banyak info soal diskon cokelat atau tawaran karyawan kasir untuk ambil diskon (coklat)," tutupnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved