Valentine Day
Pemuda dan Mahaswa Gorontalo tak Mau Rayakan Valentine Day
Meskipun penjualan cokelat laris manis di pasaran, tradisi merayakan Valentine Day masih belum begitu populer di kalangan masyarakat Gorontalo.
Penulis: Andika Machmud | Editor: Wawan Akuba
Berbeda dengan Hadad, Ahmad Fauzi di sosial medianya lebih sering melihat orang yang merayakan hari tersebut memberikan cokelat kepada pasangan, teman, hingga keluarganya.
Meski begitu, tetap ada beberapa yang memberi hadiah lain.
Ia tahu cokelat identik dengan valentine karena masyarakat menganggapnya sebagai ungkapan rasa cinta atau terima kasih kepada orang lain.
Mahasiswa semester 10 itu menjelaskan perayaan tersebut pertama kali didengar pada saat Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, ia tidak pernah melihat teman-temannya merayakan.
"Teman-teman saya juga tidak ada yang tertarik merayakan hal itu," ungkapnya.
Dirinya sering melihat adanya promo di berbagai minimarket.
Responden ketiga, Hakim Rahim (21) pun mengaku hal yang sama.
Sejak kelas tiga SMA, ia hanya melihat perayaan tersebut di media sosial.
"Seperti Instagram, Facebook," ungkapnya.
Selain itu, ia sering melihat di minimarket Gorontalo memberikan diskon cokelat menjelang Februari.
"Soalnya banyak info soal diskon cokelat atau tawaran karyawan kasir untuk ambil diskon (coklat)," tutupnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.