Berita Kota Gorontalo

Belasan Rumah Terancam Longsor di Buliide Kota Gorontalo, 4 Unit di Ujung Tebing

Belasan rumah terancam terkena longsor di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo

|
Penulis: Rafiqatul Hinelo | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNGORONTALO/RAFIQATUL HINELO
Potret Pohon dengan akar di tebing dekat rumah warga di RT 22, Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Kota gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM - Belasan rumah terancam terkena longsor di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo
 
Pantauan TribunGorontalo.com, Selasa (28/11/2023) sore, ada belasan rumah yang terancam terkena longsor di T 22, Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo

Empat rumah di antaranya sudah berada di ujung tebing

Tampak empat pohon dengan akar yang terpampang jelas di salah satu titik perbatasan wilayah dataran tinggi dan rendah 

Akar dari pohon-pohon itu terburai, sebab permukaan tanah yang menutupinya telah terkikis aliran air.

“Kalau sudah mulai turun hujan, tanah dan batu-batu akan berjatuhan ke bawah,” ungkap Zumriah Suleman, warga di titik rawan longsor tersebut, kepada TribunGorontalo.com, Selasa (28/11/2023).

Zumriah Suleman dan Nurain Lakoro 888990
Zumriah Suleman dan Nurain Lakoro, Warga di Titik Rawan Longsor RT 22, Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Kota gorontalo.

“Aliran air melewati lorong kecil di beberapa rumah yang ada di bagian atas ini, lalu mengalir ke bagian bawah, mengikis tebing tanah, jadi di bawah rusak, di atas juga rusak,” sambungnya.

Rahmatia Abas, warga di dataran bawah mengakui hal tersebut. Rumahnya tepat berada di bawah aliran air dari dataran tinggi.

“Setiap turun hujan, air dari atas akan mengalir ke bawah, menggenang di pekarangan ini, bahkan masuk menerobos kamar dan dapur yang ada di bagian belakang, berpapasan langsung dengan aliran air dari atas,” terang Rahmatia. 

Jika hujan lebat melanda Kelurahan Buliide, kata Rahmatia, air bisa menggenang dengan ketinggian lutut orang dewasa.

“Seperti hujan yang baru-baru ini, itu di bagian dapur saya cek airnya sudah selutut, karena berpapasan langsung dengan aliran air dari atas. Kalau di depan rumah, sebatas mata kaki,” imbuhnya pilu.

Belum lagi, sambung dia, lorong kecil di perbatasan dataran rendah dan dataran tinggi itu, menjadi jalan alternatif warga untuk berangkat ke Masjid Al Anshar, untuk beribadah.

Rahmatia bersama keluarganya berinisiatif membangun tambak dengan bahan apa adanya.

Di bagian belakang rumah telah berjejer beberapa karung berisi tanah, bersangga kayu, ditindih dengan batu, untuk membendung aliran air yang mengucur deras dari atas.

Kata Rahmatia, kondisi tebing tanah di wilayah sudah lama demikian adanya, di atas 10 tahun.

Saat ini, kata Rahmatia, pemerintah telah kembali memantau titik di RT 22 tersebut, dan sedang mengupayakan pembangunan tanggul.

“Dengar-dengar, di sini akan dibuat tanggul, semoga dapat segera direalisasikan,” harap Rahmatia.

Selain air hujan, rupanya air limbah dari rumah warga di dataran atas ikut bermuara ke bagian bawah.


“Untuk itu, selain solusi menahan luapan air hujan, kami juga di sini sangat butuh pembangunan drainase, sebab air limbah masih mengalir ke bawah,” tutur Zumriah. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved