Perempuan Inspiratif Gorontalo
Demi Nafkahi 6 Anak, Wanita Single Parent Asal Gorontalo Ini Rela jadi Badut Jalanan
Rini Dembau (42) menceritakan kisahnya menjadi badut jalanan di Gorontalo.
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Rini Dembau (42) menceritakan kisahnya menjadi badut jalanan di Gorontalo.
Pada tahun 2019 silam, Rini diceraikan oleh suaminya ketika masih tinggal di Kota Makassar.
Rini harus memenuhi kebutuhan hidup keenam orang anaknya, salah satunya adalah balita umur dua bulan.
Saat itu ia bersama tiga orang anaknya sering berjualan jalangkote di pusat Kota Makassar.
"Namun beberapa kali anak saya diamankan oleh Satpol-PP dan barang dagangan semua disita," ungkap Rini kepada TribunGorontalo.com, Rabu (01/11/2023) siang.
Lambat laun usahanya mengalami kerugian hingga akhirnya bangkrut.
Sebelumnya, Rini sempat tinggal dan menetap bersama orangtuanya, namun karena tidak ingin merepotkan, akhirnya Rini memutuskan merantau.
"Orang tua saya juga susah di sana," timpalnya.
Akhirnya di tahun 2022 silam, Rini merantau ke Gorontalo bersama enam orang anaknya, satu menantu dan seorang cucu.
"Anak sulung saya Rismawati (19) juga ikut. Jadi totalnya kami saat itu ada 9 orang," rincinya.
Rini tinggal di indekos wilayah Telaga, Kabupaten Gorontalo. Saat itu Rini membayarnya sebesar Rp 500 ribu.
Tak punya modal lebih untuk buka usaha, Rini mengaku kesulitan mencari pekerjaan di Gorontalo.
"Apalagi saya dan anak saya tidak pernah sekolah. Ada satu orang yang sekolah tapi itu cuma tamatan sekolah dasar," terangnya.
Saat itu dirinya juga tetap intens berkomunikasi dengan keluarga dan rekannya di Makasar.
Dari komunikasi itu, Rini mendapat arahan dari rekannya untuk menjadi badut jalanan di Gorontalo. Rini membeli dua pakaian badut bekas senilai Rp 1 juta.
"Saya beli dari teman saya di Makassar dan itu hanya bisa saya cicil," jelasnya.
Hingga saat ini Rini dan ketiga anaknya yang paling tua masih konsisten bekerja sebagai badut di lampu merah Kabupaten Gorontalo.
"Cucu dan anak saya yang lainnya saya tinggal di rumah, sementara menantu saya kerjanya kuli bangunan," tambahnya.
Dua lokasi yang menjadi tempat mangkalnya adalah lampu merah McDonald's Kota Gorontalo dan di simpang empat Desa Pantungo, Kabupaten Gorontalo.
Sehari-harinya Rini dan anaknya diantar oleh menantunya dan mangkal mulai dari sekira pukul 12.00 Wita hingga malam.
"Kadang jam 8 bahkan kadang sampai jam 11 malam," ungkapnya.
Baca juga: Dinsos Kabupaten Gorontalo Maklumi Badut Jalanan, Syamsul Baharuddin: Asal Tidak Mengganggu
Rini mengaku jika penghasilan akumulatif bersama dengan ketiga anaknya hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Jika ada kelebihan, Rini menyisihkannya untuk sewa kos atau kebutuhan mendesak lainnya.
"Saya simpan dan itu untuk bayar kos. Pernah saya nunggak, akhirnya jual anting anak saya," kata Rini.
Pendapatannya pun terbilang fluktuatif.
"Kadang Rp 65 ribu, jika banyak pengendara bisa sampai Rp 120 ribu, namun jarang sekali begitu" imbuhnya.
Sejauh ini Rini tetap bersyukur walaupun pekerjaannya hanya sebatas badut jalanan.
"Mau bagaimana lagi, yang penting halal itu saja," timpalnya.
Saat mendengar kabar penertiban badut di Kota Gorontalo, Rini sempat cemas. Ia khawatir akan kehilangan pekerjaannya.
Beruntungnya di Kabupaten Gorontalo tak melarang badut jalanan beroperasi di lampu merah.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gorontalo, Syamsul Baharuddin justru tidak melarang keberadaan badut-badut tersebut, selagi tidak menggangu pengendara dan aktifitas lalu lintas.
Rini mengungkapkan, ia selama ini tak pernah mengusik pengendara.
"Kita saja selama ini tidak ada sampai masuk ke tengah jalan," cerita Rini.
Kecuali lanjut Rini ketika ada pengendara yang memberi mereka uang, berada tepat di tengah jalan.
Meski begitu tambah Rini, "Saya sampaikan kepada anak-anak untuk sopan dan permisi," terangnya.
Rini mengaku tidak memilih pengendara, baik yang memberi maupun dirinya merasa punya kewajiban untuk terus menghibur setiap pengendara.
"Alhamdulillah, kami juga selama ini tidak ada yang sampai marah apalagi sampai bentak kami," jelas Rini.
Terakhir, Rini menuturkan jika dirinya bersama dengan tiga anaknya tidak mengenal sama sekali badut lampu merah yang lainnya, khususnya di Kota Gorontalo.
Rini menyebut jika badut lampu merah tidak ada dalam satu manajemen tertentu.
"Yang saya tahu itu cuma anak-anak saya," tandasnya.
(TribunGorontalo.com/Herjianto)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.