Human Interest Story

Cerita Suhardi Daud Berhenti jadi Sopir Bentor, Kini Jualan Ilabulo dan Tinutuan

Suhardi Daud (49), pedagang ilabulo bercerita dahulu bekerja sebagai sopir bentor selama 25 tahun.

|
Penulis: Rafiqatul Hinelo | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Rafiqatul
Suhardi Daud, pedagang Ilabulo di Kota Gorontalo 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Suhardi Daud (49), pedagang ilabulo bercerita dahulu bekerja sebagai sopir bentor selama 25 tahun.

"Saya dulu cukup lama jadi sopir bentor, sampai bentor saya ganti STNK lima kali," kata Hardi sambil tertawa.

Hardi mengaku, satu momentum yang mendorongnya untuk mencoba beralih menjadi pedagang, adalah saat revitalisasi Pasar Sentral Kota Gorontalo.

Di masa-masa akhir bekerja sebagai Sopir bentor, Hardi mengatakan Pasar Sentral menjadi satu titik lokasi pangkalannya.

Saat itu, masyarakat yang datang ke Pasar Sentral untuk melakukan aktivitas jual-beli, menjadi sasaran penumpang Hardi.

Namun Hardi menyayangkan, revitalisasi Pasar Sentral justru menjadi satu faktor besar yang membuat pendapatannya menurun.

Sebab, kini animo masyarakat untuk berbelanja di Pasar Sentral Baru tak lagi seperti dahulu.

Sejak saat itu, ia mulai beralih untuk membuka usaha kecil-kecilan, yakni lapak jualan makanan.

Di lapaknya itu, Hardi menyediakan tiga menu. Ada ilabulo bakar, makanan khas Gorontalo. Dua lainnya adalah tinutuan dan mie cakalang.

Menu-menu tersebut dihargai sebesar Rp 3 ribu per satu Ilabulo, Rp 10 ribu untuk satu porsi tinutuan, dan Rp 7 ribu untuk satu porsi mie cakalang.

"Saya sengaja patok dengan harga yang terjangkau, sebab menurut saya sedikit-sedikit seperti ini justru banyak dicari orang," ujar Hardi.

Baca juga: Rindi Atika Mahasiswi Gorontalo Kerja Jaga Lapak Sempol Ayam demi Kurangi Beban Orangtua

Lapak jualan Hardi berlokasi di Jalan Madura, tepatnya di Taman Kuliner Kalimadu, Kota Gorontalo.

Terakhir, Hardi menyampaikan tanggapannya terkait Taman Kalimadu.

Menurut Hardi, Taman Kalimadu saat ini sudah ramai setiap hari.

"Sekarang Kalimadu ramai setiap hari, jauh berbeda dengan tempat-tempat lain, seperti di Center Point, Bone Bolango," tutup Hardi. 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved