Kisah Carissa Crysilla, Alami GERD dan Nyaris Kena Autoimun Diduga karena Oatmeal

TRIBUNGORONTALO.COM -- Carissa Crysilla (29), seorang perempuan asal Bandung, Jawa Barat, membagikan kisahnya di TikTok tentang pengalamannya mengalami GERD (gastroesophageal reflux disease) dan nyaris terkena autoimun.

Ia menduga hal itu terjadi karena kebiasaannya mengonsumsi oatmeal setiap pagi.

Carissa menceritakan, awalnya ia hanya merasakan sakit di lambungnya karena kebiasaannya sarapan dengan oatmeal saja. Ia mengaku memilih oatmeal karena faktor diet dan praktis.

Namun, lama kelamaan ia merasakan beberapa gejala, seperti mual, rasa tidak nyaman di perut, sendawa, lemas, dan rasa kantuk saat minum kopi.

Ia juga mengaku sudah minum madu setiap hari dan minum obat asam lambung untuk meredakan gejala yang dialaminya.

Dirasa gejala tak kunjung membaik, ia akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter.

Carissa mengatakan, dokter gizi yang ia temui mengatakan bahwa proses pembuatan oatmeal masuk dalam kategori ultra processed food (makanan olahan).

Makanan olahan, menurut dokter, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk GERD.

Selain itu, dokter juga mengatakan bahwa Carissa mungkin tidak cocok dengan beberapa komponen dalam oatmeal tersebut.

Setelah itu, Carissa melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk komposisi lemak, berat badan, dan cek darah. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Carissa memiliki gejala autoimun.

Carissa pun mengubah pola makannya dengan mengonsumsi makanan utuh tanpa diproses terlebih dahulu, seperti buah-buahan dan sayuran. Ia juga mulai menerapkan gaya hidup sehat lainnya, seperti berolahraga secara rutin.

Benarkah oatmeal buruk untuk penderita GERD?

Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan gastroenterologi di RS Saiful Anwar Malang, Syifa Mustika mengatakan bahwa oatmeal sebenarnya aman bagi penderita GERD.

Oatmeal bahkan menjadi salah satu makanan yang direkomendasikan untuk penderita GERD karena mengandung serat yang tinggi dan kemampuannya untuk meredakan gejala refluks asam.

Namun, Syifa mengatakan bahwa respons tubuh terhadap makanan dapat bervariasi.