Gadis 10 Tahun Bekerja Hingga Malam Hari, Jualan Keripik Keliling Kota Gorontalo

Anak itu penuh ceria menghampiri keramaian warung kopi itu, sambil menenteng keranjang berisi keripik pisang yang di jajakannya.

|
Penulis: Risman Taharudin | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
Ilustrasi Kripik Pisang. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Rintik hujan itu terus membasahi sepanjang jalan Nani Wartabone, hari pun semakin malam (14/6/2023) pukul 20.13 WITA.

Radius 100 meter nampak seorang anak gadis mengenakan dalaman kaos biru ditutupi jaket hitamnya itu mendekati keramaian pengunjung warung kopi yang terletak di bibir jalan Nani Wartabone.

Anak itu penuh ceria menghampiri keramaian warung kopi itu, sambil menenteng keranjang berisi keripik pisang yang di jajakannya.

Kepada TribunGorontalo.com, Intan (10) itu mengajak bercerita sembari membujuk muda mudi disampingnya untuk membeli jajakan keripik yang di bawanya.

Intan mengaku, ia berjualan seusai pulang sekolah, sejak siang hingga malam hari pukul 21.00 WITA. Setiap harinya ia harus menghabiskan 100 pack keripik dan kacang goreng.

Bocah itu mengungkapkan bersekolah di SDN 21 Limboto Kabupaten Gorontalo. Setiap hari selepas sekolah ia harus jualan yang di bonceng oleh ibunya.

Kota Gorontalo menjadi lokasi yang kerap ia datangi untuk menjajakan dagangan keripik itu, wajah anak itu bahkan tidak asing lagi di tengah masyarakat Kota Gorontalo hingga kalangan mahasiswa.

Intan juga mengatakan, jika keripik yang di tentengnya masih tersisa banyak di keranjang, maka dirinya belum bisa pulang.

"Kalau masih banyak keripik, ti mama bilang, ba jalan dulu, cari orang ba beli, biar cuma dapat Rp 50 ribu, baru bisa pulang," katanya.

Setiap turun jualan, Ia mengaku sering diantar oleh Ibunya dan di pantau dari kejauhan. Setelah waktu pulang, maka ibu akan menjemputya sekiranya 100 meter dari lokasi penjualan.

Arul seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi mengatakan, dirinya sangat sedih melihat kejadian-kejadian seperti itu.

Harusnya pemerintah tidak tinggal diam melihat anak-anak dibawah umur jualan hingga larut malam.

"Dimana ibu dan bapaknya ini," sebut Arul.

Harusnya mereka justru mendapatkan hak yang sama seperti anak-anak sebayanya, siang hari harus bermain, sorenya belajar dan malam harus tidur kembali.

Jika sedari siang hingga malam hari anak-anak ini jualan lantas jam berapa mereka belajar. Tentu pemerintah setempat harus memikirkan dan mencarikan solusi untuk hal tersebut.

"Jangan hanya urusan politik terus yang difikirkan, eksploitasi anak seperti ini juga harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah," tegasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved