Peluru Nyasar Gorontalo
Korban Peluru Nyasar Gorontalo Dimakamkan Tanpa Otopsi, Peluru Masih Bersarang di Tubuh
Keluarga korban peluru nyasar ini, menolak otopsi yang ditawarkan Polres Gorontalo. Alasannya, keluarga ingin korban tak lagi berlama-lama di rumah
Penulis: Husnul Puhi |
Peluru dengan kekuatan tabung angin, melesat hingga mengenai dada kanan korban.
Korban berteriak dan merintih kesakitan begitu peluru tersebut bersarang di dadanya. Ia sempat pingsan.
Saat itu, pelaku panik dan kelabakan. Pelaku tak menyangka, latihan senapan angin yang ia lakukan jelang Maghrib itu, berujung insiden berdarah.
“Palaku panik. Bingung. Minta bantuan dari orang tuanya, kemudian minta bantuan dari saudara-saudaranya yang ada di lingkungan situ,” kata Dadang.
Senjata angin itu pada dasarnya memiliki daya jangkau hingga 50 meter, tetapi korban tertembak dalam jarak dekat.
Beber Dadang, hanya 2-3 meter saja jarak korban dari moncong senjata. Hal ini yang menyebabkan korban nyawanya tak tertolong.
Pelaku kata Dadang, memiliki itikad baik dengan melaporkan kondisi korban kepada keluarga dan membawa ke rumah sakit.
“Jadi kami baru mendapatkan laporan setelah korban ini meninggal dunia. Yang melaporkan adik korban,” kata dia.
Begitu mendapat laporan, malam itu juga polisi segera mengamankan pelaku berinisial RB dan barang bukti berupa senapan angin tersebut.
“Tidak ada perlawanan. Dan pelaku ikut secara persuasif,” tukas Dadang.
Adapun jenis senjata angin yang digunakan pelaku adalah PCP. Ini merupakan senjata angin yang menggunakan udara tekan biasa disebut PCP (Pre Charge Peneumatic).
Senapan ini memiliki tekanan yang besar antara 2.000 - 3.000 psi, dapat melontarkan proyektil atau pellet sampai kecepatan lebih dari 1.000 fps biasa digunakan pada small or medium hunting.
Korban dimakamkan di pekuburan keluarga di desa tersebut sekira pukul 10.00 Wita pagi tadi. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.