Gerhana Matahari Bukan Tanda Masuknya Bulan Syawal, Begini Penjelasan BRIN
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan, menentukan 1 Syawal harus menunggu hasil pengamatan atau rukyat.
TRIBUNGORONTALO.COM - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan, menentukan 1 Syawal harus menunggu hasil pengamatan atau rukyat atau observasi hilal pada Kamis (20/4/2023) petang.
Menurut Andi, gerhana Matahari bukan penanda masuknya awal bulan Syawal.
"Melainkan hanya penanda masuknya fase bulan baru atau konjungsi," ujar Andi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/4/2023).
Sempat menjadi sorotan adanya unggahan bernarasi gerhana Matahari merupakan tanda bahwa bulan Ramadhan telah habis. Akan memasuki bulan Syawal ramai di media sosial.
Informasi itu salah satunya dibagikan akun Facebook ini pada 11 April 2023.
"Gerhana Matahari yang InshaAllah akan terjadi pada hari Kamis, tanggal 20 April 2023 mendatang, adalah tanda jika Bulan Ramadan telah habis setelah gerhana tersebut selesai. Akan tetapi kita tetap harus menyelesaikan puasa sampai waktu Magrib tiba. Dan dimalam tersebut selepas Magrib telah memasuki Bulan Baru, 1 Syawal 1444 Hijriah," tulis pemilik akun.
Sebagai informasi, gerhana Matahari hibrida akan menyapa Indonesia pada Kamis (20/4/2023).
Fenomena gerhana Matahari hibrida hanya bisa disaksikan di 11 wilayah Indonesia Timur, terutama di Maluku dan Papua.
Lantas, benarkah gerhana Matahari merupakan tanda masuknya bulan Syawal? Penjelasan peneliti BRIN Fenomena Gerhana Matahari Sebagian pada 30 April 2022 bisa disaksikan di sejumlah negara di dunia.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai soal Gerhana Matahari Jadi Tanda Masuknya Bulan Syawal, Benarkah?
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/190423-bulan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.