Nelayan Botubarani Paceklik Ikan, Ada yang Banting Stir Jadi Petani

Pria paruh baya ini menduga, maraknya kapal besar berdatangan di perairan tersebut menjadi penyebab utama kurangnya ikan-ikan besar.

|
TribunGorontalo.com/FajriKidjab
Kadir Muhammad (61) nelayan Desa Botubarani yang kini banting stir jadi petani. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Nelayan di kawasan wisata hiu paus mengalami paceklik ikan. 

Kadir Muhammad (61) warga Desa Botubarani ini mengeluh minimnya hasil tangkapan.

"Sudah tiga bulan kita cuma dapat ikan-ikan kecil, pak," ucap Kadir kepada TribunGorontalo.com, Senin (27/2/2023).

Pria paruh baya ini menduga, maraknya kapal besar berdatangan di perairan tersebut menjadi penyebab utama kurangnya ikan-ikan besar.

Bahkan, para nelayan harus menempuh jarak 30 mil untuk mendapatkan ikan seperti cakalang atau tuna.

Baca juga: Sudah 2 Minggu Hiu Paus Botubarani-Gorontalo Tidak Muncul, Wisatawan Kecewa

Kadir menuturkan, dirinya tidak lagi turun setiap hari. Ayah dari empat anak ini memilih berkebun.

"Sekarang so setengah mati, so banyak pajeko (kapal-kapal besar)," ucapnya.

Menurutnya, para nelayan paling sering mendapatkan cumi-cumi di perairan dangkal.

Para nelayan ini membawa perahu kecilnya hingga tiga jam lamanya.

Nelayan pun merasa dirugikan, sebab tiap kali turun melaut mereka harus mengisi lima liter di mesin katintingnya.

"Dapat kemari suntung seharga 100 ribu. Torang beli bensin lima liter, belum lagi rokok dan bekal," jelas Kadir.

Baca juga: Kabar Hiu Paus di Wisata Gorontalo Botubarani, Genap 3 Minggu Tak Muncul

Diketahui, harga bensin jenis pertalite di Desa Botubarani seharga Rp 13 ribu saat ini.

Itu berarti setiap melaut, satu perahu menghabiskan biaya sebesar Rp 65 ribu untuk bahan bakar saja.

Kadir pun berharap memasuki bulan Ramadhan, ikan-ikan mulai bermunculan lagi seperti tahun sebelumnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved