Pilpres 2024
353 Hari Menuju Pemilu - Pilpres 2024: Anies-AHY dan Prabowo-Puan Berpotensi Final
Duet Anies Baswedan - Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Prabowo Subianto - Puan Maharani berpotensi final Pilpres 2024.
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Duet Anies Baswedan - Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Prabowo Subianto - Puan Maharani berpotensi final Pilpres 2024.
Sementara swing voters (pemilih mengambang) mencapai 27 persen. Menjadi peluang kandidat untuk meraih dukungan.
Anies - AHY meraih 30,8 persen pada simulasi 4 pasangan capres - cawapres. Mengalahkan Ganjar Pranowo - Erick Thohir, Prabowo Subianto - Muhaimin Iskandar, Puan Maharani - Andika Perkasa.
Kemudian Anies - AHY memperoleh 36,9 persen untuk simulasi 3 pasangan, Prabowo-Puan dan Ganjar-Erick.
Pada simulasi final, Anies - AHY mendapatkan dukungan 40,8 persen kalahkan Prabowo - Puan 31,5 persen.
Simulasi Pilpres 2024 dilakukan oleh Lembaga Survei Independen (LSI) dari tanggal 11 hingga 23 Februari 2023.
Pasangan Anies - AHY selalu menduduki peringkat atas di setiap simulasi yang dilakukan.
"Pasangan Anies-AHY memiliki elektabilitas yang lebih kuat ketimbang pasangan lainnya, hal itu bisa kita lihat dari hasil survei pada berbagai simulasi pasangan, yakni simulasi 4 pasangan, 3 pasangan, maupun 2 pasangan," ujar Direktur Riset Lembaga Survei Independen (LSI) Fathur Rahman dalam keterangan tertulis kepada wartawan Jumat (23/2/2023).
Simulasi 4 pasangan:
Anies-AHY 30,8 persen
Ganjar-Erick 19,4 persen
Prabowo-Muhaimin 16,1 persen
Puan-Andika 11,2 persen
22,5 persen responden belum menentukan pilihan.
Simulasi 3 pasangan
Anies-AHY 36,9 persen
Prabowo-Puan 28,3 persen
Ganjar-Erick 14,4 persen
20,4 persen responden belum menentukan pilihan.
Dari simulasi 4 pasangan dan 3 pasangan, terdapat potensi dua pasangan yang layak dipertimbangkan, yaitu Anies-AHY dan Prabowo-Puan.
Simulasi 2 pasangan
Anies-AHY 40,8 persen
Prabowo-Puan 31,5 persen
27,7 persen responden yang belum menentukan pilihan.
Survei ini dilakukan pada populasi warga negara Indonesia yang berhak memilih dalam Pemilihan Umum, yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) di 34 provinsi di Indonesia.
Sebanyak 1.200 responden dipilih dari populasi tersebut secara acak bertingkat, dengan margin of error sebesar 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
LSI melakukan metode wawancara melalui jaringan seluler pada 11 hingga 23 Februari 2023 dalam melakukan survei ini.
PDIP Butuh Masukan
PDIP butuh suara dari pihak lain untuk beri masukan soal siapa calon presiden (capres) yang akan didukungnya di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Butuhnya suara dari pihak lain untuk PDIP disampaikan langsung oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia , Adi Prayitno.
Menurut Adi Prayitno, saat ini yang perlu dilakukan PDIP adalah berkontemplasi secara serius soal nama capres yang akan diusung.
"PDIP butuh kontemplasi secara serius. Kira-kira siapa at the end of the day siapa yang akan maju," katanya Adi, kepada Tribunnews, Minggu (26/2/2023).
"Karena di PDIP sepertinya harus ada ritual, perenungan, mungkin butuh semedi dan mungkin butuh suara dari pihak lain untuk jadi masukan," sambung Adi.
Hal itu, dijelaskan Adi, karena partai yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri itu berambisi untuk hattrick di Pemilu 2024.
"Ini menunjukkan bahwa PDIP cukup confidence (percaya diri) sebagai satu-satunya partai politik, yang sudah punya tiket pencapresan," ujarnya.
Hal itu berbeda dengan partai politik (parpol) lain yang harus membuat kongsi politik.
"Itu menunjukkan kalau mereka belum punya jagoan. Sedangkan PDIP sudah punya 'boarding pass' untuk maju. Surplus kader," ucapnya.
"Mereka (parpol lain) membuat poros dan kongsi karena belum memenuhi ambang batas 20 persen. Sedangkan PDIP sudah punya," lanjutnya.
Lebih lanjut, Adi mengatakan, banyak nama kader PDIP yang bisa diusung di Pilpres 2024.
"Nama-namanya sudah banyak yang bisa diusung. Seperti Ganjar, Puan. Konon juga ada Tri Rismaharini, Azwar Anas," sebutnya.
Momentum Belum Tepat
Politikus PDIP Deddy Sitorus mengatakan saat ini bukan momentum yang tepat untuk langsung menyebut nama yang akan diusung sebagai calon presiden atau Capres 2024.
Apalagi dengan melihat adanya potensi guncangan ekonomi akibat krisis global.
Alasan ini Deddy sampaikan dalam diskusi daring bertajuk 2023 Tahun Turbulensi Politik, Sabtu (7/1/2023).
"Lebih ke kita merasa momentum belum tepat karena kita dengar sendiri Menteri Keuangan bahkan bapak presiden bilang bahwa potensi guncangan ekonomi akibat krisis global itu masih akan menghantui kita," kata Deddy.
"Bahkan Bank Dunia atau IMF sudah menurunkan ekspektasi proyeksi pertumbuhan ekonomi kita di bawah apa yang sudah ditargetkan pemerintah," tambahnya.
Sehingga, menurut Deddy, saat ini pemerintah masih perlu fokus dan solid dalam bersiap menghadapi potensi guncangan ekonomi.
Meski belum bisa sebutkan nama, Deddy membebeberkan akan ada kisi-kisi terkait capres yang akan dibocorkan dalam momentum HUT ke-50 PDIP pada 10 Januari 2023.
Kata Deddy, hal ini untuk sedikit menjawab keingintahuan publik yang sedari lama sudah penasaran siapa sosok yang diusung jadi capres dari PDIP.
"Saya kira lebih menarik kalau tunggu 10 Januari yang tinggal beberapa hari. Kita kan ultah partai ke-50 tentu mudah-mudahan akan sedikit menjawab keingintahuan publik, tapi belum sebut nama capres karena waktunya menurut hemat kami juga belum tepat untuk awal tahun ini," katanya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.