Kisah Yatno Pedagang Pentolan Asal Kendari yang Berjuang Hidup di Gorontalo

Sebelumnya, saat menjadi mahasiswa di jurusan Sains, ia juga menjadi seorang asisten dosen (Asdos), selama itulah dirinya menaruh harapan menjadi seor

TribunGorontalo.com
Ilustrasi pentolan. 

Baginya setiap pekerjaan memiliki konsekuensi, memang menjadi pegawai adalah pekerjaan yang bagus, selain gajinya status sosial juga mendukung, namun ada perbedaan antara pengusaha dan pegawai.

Kepada istri, Yatno menjelaskan, jika menjadi pegawai memang bagus, namun menjadi pengusaha bukan berarti tidak ada rezeki. 

“Pegawai sumber rezekinya hanya satu pintu sementara pengusaha memiliki sembilan pintu,” jelasnya.

Dirinya juga mengaku, saat menjadi pedagang pentolan, ada-ada saja masalah yang menimpanya, namun segala sesuatu yang menghampirinya selalu dipecahkan secara matang dan penuh analisis.

Sebagai seorang mantan mahasiswa di jurusan Sains asal universitas di Raha Provinsi Kendari, ia berinisiatif terus menjajakan dagangan pentol hingga pada akhirnya ia merekrut tiga karyawan.

“Tiga karyawan itu saya fasilitasi kendaraan motor, alhamdulillah dengan penuh sabar saya diberi rezeki lebih hingga mampu menggaji karyawan,” tuturnya.

Tahun ke tahun dagangannya laris hingga pendapatannya naik. Nahas di tahun 2019, saat pandemi covid-19, usahanya harus gulung tikar, bahkan dua kendaraannya harus terjual. 

“Alhamdulillah masih ada satu kendaraan untuk bangkit, seiring berjalannya waktu saya percaya, karyawan itu akan saya miliki lagi,” terang Yatno.

Walau harus terjatuh, ia meyakini tuhan membersamai perjuangannya. Sebab sebagai manusia, bekal hidup bukan semata uang melainkan ide-ide yang bisa diperjuangkan. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved