Opini

Dusun Tak Punya Karakter

Beginilah suasana Desa Botumoito Dusun Mebongo. Dusun ini begitu produktif pada sektor pangan.

Istimewa
Arif Moito, Pemuda Desa Botumoito Kecamatan Boalemo, Gorontalo. 

Pembuatan gapura sangat baik untuk memberi gambaran awal kepada pengunjung, tentang apa yang ada di dalam dusun itu.

Seperti, fungsi bangunan gapura yang dituliskan Pemerintah Kecamatan Bener, Kabupaten Purwerejo yang saya kutip dari websitenya “Seiring perkembangan zaman makna gapura semakin menebal tidak hanya sebagai petunjuk sesorang atas masuknya dirinya kesebuah kawasan tetapi lebih mengarah pada makna harga diri dan prestise sebuah daerah."

Bahkan, saat ini gapura juga telah menjadi Ikon dan kebanggaan bagi suatu daerah tertentu, atau bisa jadi sebagai pintu masuk menuju destinasi wisata.

Tak heran bagi daerah yang memilik potensi wisata maupun ekonomi menonjol, berlomba membangun gapura yang lebih berkerakter, artistik, inovatif, dan representatif. sebagai magnet daerah tersebut.

Setiap orang yang mendatangi suatu tempat, pasti bahagia melihat tempat yang didatangi sangat sesuai dengan ekspektasi.

Apalagi, itu adalah kedatangan pertama kali, pasti akan bercerita maupun bertanya tentang apa yang dia lihat, atau sebaliknya, akan tidak senang bahkan menyesal. Terutama ketika tempat yang didatangi tidak sesuai dengan ekpektasi, dan sama pasti juga akan bertanya tentang apa yang dia lihat.

Itulah yang terjadi pada saya, saat duduk memperhatikan aktifitas petani saat itu dan mecoba mengaitkan dengan nama gapura.

Bagi saya, setelah beberapa menit mencoba mengaitkan, nama gapura itu tidak sesuai dengan aktivitas dan kondisi di dalam gapura.

City berarti kota dalam bahasa Indonesia. Membaca kata “city” pada gapura itu, tentu akan membuat orang asing menjadi penasaran dan membayangkan apa yang ada di dalam gapura “Mebongo City”. Untungnya, saya adalah warga kecamatan setempat jadi tak akan terkecoh dengan tulisan gapura itu.

Apakah gapura itu untuk menonjolkan karakter dan representatif dari dusun Mebongo? Kalau untuk alasan itu, saya rasa sangat tidak tepat pemberian nama gapura itu, karena sedikitpun karakter kota tidak ada di dalam dusun itu.

Entah itu perkantoran, industri, atau pasar modern seperti yang ada di kota-kota.

Jika harapan tentang masa depan, bahwa nanti dusun itu akan menjadi kota maka sebaiknya desa lebih mendahulukan fasilitas dusun sama dengan fasilitas perkotaan.

Misalnya, taman yang mempunyai akses internet gratis. Bukan nama dusunya yang langsung diberi embel-embel city  tanpa mempertimbangkan aspek historis,kondisi, dan kearifan lokal dusun.

Apakah penamaan gapura itu untuk sensasi? saya tak berani bilang nama gapura itu untuk sensasi. Tapi, saya tak menemukan alasan rasional, kenapa wilayah pedesaan ini yang seharusnya dijaga kearifan lokalnya justru diberi nama yang sangat jauh dari realitanya.

Terlebih jawaban dari seorang kepala desa yang ikut mengomentari postingan saya, sama sekali tidak menjelaskan secara substansi kenapa penamaan dusun seperti itu.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved