Demo Gorontalo

Mahasiswa Gorontalo Bakar Ban di Depan SPBU, Petugas Kocar-kacir

Masalahnya, aksi yang digelar di Bundaran Saronde tersebut, tepat berada di depan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Jl Hb Jassin, Kota Goronta

TribunGorontalo.com
Operasional SPBU sejak pukul 15.00 Wita pendemo mulai beraksi, dihentikan sementara. Kantor ditutup, sementara polisi menduduki kawasan SPBU. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Aksi tolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Gorontalo, Kamis (1/9/2022) diwarnai aksi bakar ban mobil bekas. 

Masalahnya, aksi yang digelar di Bundaran Saronde tersebut, tepat berada di depan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Jl Hb Jassin, Kota Gorontalo. 

Menyaksikan hal itu, petugas SPBU pun ‘kocar-kacir’. Seperti pada demo-demo sebelumnya, aktivitas SPBU dihentikan. 

Operasional SPBU sejak pukul 15.00 Wita pendemo mulai beraksi, dihentikan sementara. Kantor ditutup, sementara polisi menduduki kawasan SPBU. 

Sejumlah anggota polisi tampak mengawal jalannya aksi. Di sekitar lokasi, terlihat kendaraan taksis milik kepolisian seperti mobil water cannon.

"Rakyat menjerit, menangis mendengar kenaikan Harga BBM," ungkap salah seorang orator. 

Massa aksi menilai, kenaikan harga BBM akan mengganggu kondisi ekonomi rakyat kelas menengah ke bawah.

Kelas mahasiswa ini belum sepenuhnya pulih dari pandemi COVID-19 selama dua tahun.

"Kami mendesak pemerintah untuk memberantas mafia di sektor minyak dan gas (migas),” tegas orator.

Aksi sempat ricuh, karena massa dihadang kepolisian Gorontalo. Mereka memaksa masuk ke dalam SPBU. 

Barikade polisi diperkuat. Mahasiswa sulit menembus. Sementara orator, terus meneriakkan yel-yel. Para mahasiswi berteriak. Suara memekik telinga.

“Hidup mahasiswa, hidup rakyat. Maju dua langkah,” perintah orator kepada mahasiswa. 


Soal Putusan Kasus Adhan Dambea, Kuasa Hukum: Jangan Berspekulasi, Itu Menduakan Tuhan

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Kuasa hukum Adhan Dambea dalam perkara pencemaran nama baik terhadap Rusli Habibie, meminta para pihak tidak berspekulasi terkait hasil putusan hakim. 

Terlebih menyimpulkan sendiri berdasarkan pengamatan semata. Sebab, “bisa dikata kalimat itu sama halnya orang yang menduakan tuhan.” ungkap Kuasa hukum Adhan Dambea, Rauf Abdul Aziz, Kamis (1/9/2022).

Adapun pernyataan Rauf Abdul Aziz itu, sebagai respon terhadap pernyataan seorang pengamat hukum di Gorontalo di salah satu media online. 

Pengamat hukum itu kata Rauf Abdul Aziz, berasumsi bahwa dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum terhadap Adhan Dambea, kan terbukti di persidangan.

Padahal, mestinya pengamat hukum harusnya menunggu putusan hakim. Bukan justru menebar keyakinan berdasarkan asumsi semata.

Kasus pencemaran nama baik yang melibatkan dua tokoh berpengaruh di Gorontalo ini kata Rauf, telah berlangsung beberapa bulan. 

“Kita saja yang ikut persidangan dari awal tidak bisa memastikan apakah perkara ini diterima atau ditolak, sebab itu wilayah hakim.” ungkap dia. 

Apalagi, pengamat hukum yang percaya dakwaan diterima hakim, tidak sepenuhnya mengawal kasus ini. 

Rauf menilai, pengamat hukum itu berasumsi terlalu jauh, dan justru mendahului keputusan hakim. 

Terlebih pengamat hukum itu menyimpulkan sendiri berdasarkan analisisnya, dan parahnya menyebarkannya di media. 

“Kita akan melakukan penelusuran apakah pernyataan yang disampaikan, apakah keluar dari pikiran atau otak si penutur ataukah ada pengaruh-pengaruh orang lain.” kata dia. 

Sebab, asumsi liar dari pengamat hukum itu, terlanjur beredar di media, dan menjadi konsumsi publik. Artinya jika nanti keputusan hakim sebaliknya, maka akan mempengaruhi opini publik. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved