Memahami Mosi Tidak Percaya DPD RI yang Dilawan Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad
Istilah "mosi tidak percaya" kembali menjadi trending setelah Fadel Muhammad dicopot dari Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI.
Masih berdasarkan HistoryExtra, pada penggunaan mosi tidak percaya sudah dilakukan sejak 1782 ketika pasukan Britania Raya kalah dalam Pertempuran Yorktown dalam Perang Revolusi Amerika.
Mosi tidak percaya akhirnya memaksa Perdana Menteri Waktu itu, Lord North mundur dari jabatannya.
Sejak itu, ada 20 kekalahan pemerintah atas mosi percaya yang semuanya mengarah pada pembubaran atau pengunduran diri.
Di Indonesia, mosi tidak percaya sering digunakan dalam parlemen terutama di masa Indonesia sebelum periode demokrasi terpimpin, karena sebelum masa itu Indonesia masih menggunakan sistem pemerintahan parlementer.
Pada masa Indonesia periode demokrasi liberal, banyak kabinet pemerintahan yang jatuh karena mosi yang diajukan oleh oposisi dalam parlemen diterima oleh keseluruhan anggota parlemen.
Contohnya adalah Kabinet Natsir, Kabinet Sukiman, Kabinet Wilopo, Kabinet Ali Sastroamidjojo I, dan Kabinet Ali Sastroamidjojo II.
Dosen hukum tata negara dari Universitas Gadjah Mada Zainal Arifin Mochtar mengatakan, seruan mosi tidak percaya dalam aksi penolak seperti UU Cipta Kerja tetap bisa dipahami sebagai simbol ketidakpercayaan rakyat terhadap lembaga legislatif dan eksekutif.
Mosi tidak percaya yang diserukan demonstran dinilai Zainal juga tidak akan membuat presiden jatuh.
Pasalnya, sistem presidensial punya mekanisme berbeda dari sistem parlementer untuk melengserkan kepala pemerintahan.
Seruan mosi tidak percaya di Indonesia sebagai luapan ketidakpuasan terhadap pemerintah sekilas mirip dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat dan Brasil.
Pada 1992 ketika ekonomi memburuk, rakyat AS menyerukan mosi tidak percaya kepada Presiden George HW Bush.
Sementara itu, pada Maret 2020 lalu, jutaan warga memukul-mukul panci dan wajan dari jendela rumah sebagai ungkapan protes sekaligus ketidakpercayaan terhadap Presiden Jair Bolsonaro. Dia dianggap gagal menangani pandemi COVID-19.
Meski kini tidak dikenal, Indonesia sebenarnya pernah menerapkan mekanisme pada dekade 1950-an. Kala itu, Indonesia memang menganut sistem parlementer.
Seturut Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Noto Susanto dalam Sejarah Nasional Indonesia jilid VI (2008, hlm. 310-313) setidaknya ada dua kabinet yang dijatuhkan oleh kelompok oposisi di DPR, yaitu Kabinet Sukiman dan Kabinet Wilopo.
Pada 2010, seruan mosi tidak percaya juga menerpa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Latar pemicunya adalah skandal Bank Century.