Pilpres 2024

Gerindra dan Prabowo Subianto Bidik Suara Jatim: Khofifah Lebih Berpeluang dari Muhaimin

Prabowo-Sandiaga Uno kalah di Jawa Timur, kali ini Prabowo Subianto harus menangkan Pilpres di Jatim. Capres Khofifah lebih berpeluang dulang suara.

Editor: Lodie Tombeg
Kolase TribunGorontalo.com
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dampingi Prabowo Subianto. Prabowo-Sandiaga Uno kalah di Jawa Timur pada Pilpres 2019, kali ini Prabowo harus menangkan di Jatim. Capres Khofifah lebih berpeluang mendulang suara ketimbang Muhaimin. 

Total pengguna hak pilih di Jabar mencapai 27.467.370 orang. Adapun, jumlah seluruh suara sah mencapai 26.828.014.

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menduga, Partai Gerindra masih ragu untuk mengusung Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai cawapres di Pemilu 2024.

Menurut Umam, alih-alih Cak Imin, Gerindra lebih mempertimbangkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk dampingi Prabowo.

"Di satu sisi, PKB tentu mengharapkan nama Cak Imin sebagai cawapres," kata Umam kepada Kompas.com, Kamis (28/7/2022).

"Namun di sisi lain, ada elemen di lingkaran inti Gerindra yang mengharapkan nama Khofifah sebagai pendamping Prabowo di Pilpres 2024 mendatang," tuturnya.

Umam berpendapat, Gerindra setidaknya punya dua alasan untuk lebih mempertimbangkan Khofifah.

Pertama, partai pimpinan Prabowo Subianto itu hendak menyasar basis pemilih loyal Nahdlatul Ulama (NU), khususnya di kalangan ibu-ibu.

Kalangan Nahdliyin ini umumnya tergabung dalam jaringan Muslimat, Fatayat, maupun alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) atau Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berasal dari akar kultural Nahdliyyin.

"Semua itu diharapkan bisa menjadi trade off atau pertukaran kekuatan pemilih, sebagai pengganti atas kekuatan dukungan yang hilang atau setidaknya menurun secara signifikan dari basis dukungan kelompok muslim di wilayah Sumatera, Jawa Barat, NTB dan lainnya di 2024 mendatang," ujar Umam.

Kedua, kata Umam, Gerindra telah berhitung bahwa salah satu faktor kekalahan Prabowo di Pilpres 2014 dan 2019 karena terjadinya defisit dukungan di wilayah Jatim.

Oleh karenanya, penguasaan wilayah Jatim diharapkan mampu mendorong kemenangan Prabowo di pilpres mendatang.

Umam mengatakan, upaya menyandingkan Prabowo-Khofifah berpotensi terganjal oleh sejumlah realitas politik.

Pertama, Khofifah tidak memilik rumah politik yang jelas. Kendati punya kedekatan sejarah dengan partai Islam seperti PKB dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mantan Menteri Sosial itu justru diusung oleh Demokrat dan Golkar di Pilkada Jatim 2018.

Kedua, lanjut Umam, PKB sebagai partai yang akan berkoalisi dengan Gerindra diprediksi akan terus menawarkan nama Cak Imin sebagai cawapres.

Ketiga, suara Nahdliyin berpotensi terbelah di 2024 dan tidak sesolid saat Pilpres 2019, ketika politik identitas menguat dan Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin jadi cawapres Joko Widodo.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved