Taliban Batasi Hak-hak Perempuan Afghanistan, Ini Ancaman AS

Perempuan Afghanistas menjadi sorotan dunia. Amerika Serikat akan meningkatkan tekanan pada pemerintah Taliban Afghanistan.

Editor: Lodie Tombeg
Kompas.com/HECTOR RETAMAL
Wanita berpakaian burqa mengantre saat distribusi makanan Program Pangan Dunia di pinggiran Kabul pada 6 November 2021. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Washington - Perempuan Afghanistas menjadi sorotan dunia. Amerika Serikat akan meningkatkan tekanan pada pemerintah Taliban Afghanistan jika masih membatasi hak-hak wanita dan anak perempuan.

"Kami sudah membicarakannya secara langsung dengan Taliban," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ned Price pada Senin (9/5/2022) dikutip dari Reuters.

"Kami memiliki sejumlah alat yang, jika kami merasa tidak akan dicabut, ini tidak akan dibatalkan, kami siap untuk maju," lanjutnya.

Ned Price tidak menyebutkan langkah-langkah yang mungkin atau menunjukkan bagaimana Taliban mungkin berubah pikiran. Selama pemerintahan sebelumnya Taliban juga membatasi hak-hak perempuan Afghanistan.

Taliban pada Sabtu (7/5/2022) memerintahkan perempuan menutupi wajah mereka di depan umum, kembali ke kebijakan khas dari aturan garis keras masa lalu.

Penutup wajah yang ideal adalah burqa biru yang mencakup semua anggota badan, kata Taliban mengacu pada pakaian yang wajib bagi perempuan di depan umum selama pemerintahan 1996-2001 sebelumnya.

Komunitas internasional menempatkan pendidikan anak perempuan sebagai tuntutan utama untuk pengakuan masa depan pemerintahan Taliban, yang mengambil alih Afghanistan pada Agustus ketika pasukan asing menarik diri.

Meskipun demikian, Taliban tetap membatasi perempuan bekerja dan mengatur perjalanan mereka kecuali ditemani oleh kerabat dekat laki-laki. Sebagian besar anak perempuan juga dilarang bersekolah setelah kelas tujuh.

Bagian penting dari pengaruh yang dipegang AS atas Taliban adalah aset bank sentral Afghanistan yang dibekukan senilai 7 miliar dollar AS (Rp 101,85 triliun) di Amerika, tetapi setengahnya ingin dibebaskan oleh Pemerintah Biden untuk membantu rakyat Afghanistan.

Mayoritas perempuan di Afghanistan mengenakan jilbab karena alasan agama, tetapi banyak di daerah perkotaan seperti Kabul tidak menutupi wajah mereka.

Taliban Perintahkan Wanita Afghanistan Tutup Wajah

Pemerintah Taliban Afghanistan memerintahkan perempuan untuk menutupi wajah mereka di depan umum pada Sabtu (7/5/2022).

Mereka kembali ke kebijakan khas dari aturan garis keras masa lalu dan eskalasi pembatasan yang menyebabkan kemarahan di dalam dan luar negeri.

Dilansir Reuters, sebuah dekrit dari pemimpin tertinggi kelompok itu, Haibatullah Akhundzada, mengatakan bahwa jika seorang wanita tidak menutupi wajahnya di luar rumah, ayahnya atau kerabat laki-laki terdekatnya akan dikunjungi.

Mereka kemungkinan juga akan dipenjara atau dipecat dari pekerjaan negara. "Kami menyerukan kepada dunia untuk bekerja sama dengan Imarah Islam dan rakyat Afghanistan.

Jangan ganggu kami. Jangan membawa lebih banyak tekanan, karena sejarah adalah saksi, orang Afghanistan tidak akan terpengaruh oleh tekanan," kata Mohammad Khalid Hanafi, Menteri Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan.

Penutup wajah yang ideal adalah burqa biru yang mencakup semua, kata kelompok itu, mengacu pada pakaian yang wajib bagi wanita di depan umum selama pemerintahan Taliban 1996-2001 sebelumnya.

Kebanyakan wanita di Afghanistan mengenakan jilbab karena alasan agama, tetapi di daerah perkotaan seperti Kabul banyak yang tidak menutupi wajah mereka.

Taliban telah menghadapi kritik keras, tak hanya dari pemerintah Barat, tetapi juga oleh beberapa cendekiawan agama dan negara-negara Islam, karena membatasi hak-hak perempuan termasuk menutup sekolah menengah perempuan.

Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Afghanistan (UNAMA) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu bahwa mereka akan segera mengadakan pertemuan dengan Taliban mengenai masalah ini.

UNAMA menambahkan bahwa mereka akan berkonsultasi dengan orang lain di komunitas internasional mengenai implikasi dari keputusan tersebut.

"UNAMA sangat prihatin dengan pengumuman hari ini oleh otoritas de facto Taliban. Keputusan ini bertentangan dengan banyak jaminan mengenai penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia semua warga Afghanistan," kata pernyataan itu.

Amerika Serikat dan lainnya telah memotong bantuan pembangunan dan memberikan sanksi pada sistem perbankan sejak kelompok itu mengambil alih pada Agustus 2021, mendorong Afghanistan menuju kehancuran ekonomi.

Taliban mengatakan telah berubah sejak aturan terakhirnya, tetapi dalam beberapa bulan terakhir mereka menambahkan peraturan yang membatasi pergerakan perempuan tanpa pendamping laki-laki dan melarang laki-laki dan perempuan mengunjungi taman bersama.

"Ini mengganggu kehidupan pribadi perempuan," kata advokat hak-hak perempuan yang berbasis di Kabul Mahbouba Seraj.

"Hari ini kami memiliki banyak masalah lain, seperti serangan bunuh diri, kemiskinan, orang-orang sekarat setiap hari, gadis-gadis kami tidak dapat pergi ke sekolah, wanita tidak dapat bekerja. Tetapi mereka hanya berpikir dan berbicara dan membuat undang-undang tentang hijab," tambahnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AS Ancam Taliban jika Tetap Batasi Hak-hak Perempuan Afghanistan"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved