Hepatitis Akut
Eks Direktur WHO: Hepatitis Akut Dapat Munculkan Pandemi Baru
Kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya alias 'Acute Hepatitis of Unknown Aetiology' belakangan terus bermunculan di Indonesia.
TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta - Indonesia perlu waspada. Kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya alias 'Acute Hepatitis of Unknown Aetiology' belakangan terus bermunculan di Indonesia.
Bahkan, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut sudah ada 15 kasus hepatitis akut di Indonesia.
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta KaBalitbangkes Kemenkes RI, Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut apabila kasus hepatitis akut sudah meluas bisa saja jadi pandemi baru.
"Tentang kemunggkinan penyakit apapun jadi pandemi, maka akan melalui proses ditentukan dulu sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), lalu sesudah itu dilihat lagi perkembangannya, kalau terus meluas maka baru akan disebut pandemi," ujar Prof Tjandra Yoga dalam pernyataannya kepada Tribun, Selasa(10/5/2022).
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini menyebut, berkaca pengalaman pandemi Covid-19, kasus tersebut maka pertama kali dilaporkan WHO pada 5 Januari 2020, dinyatakan PHEIC 31 Januari 2020 dan resmi menjadi pandemi pada 11 Maret 2020.
Diketahui hepatitis akut menjadi outbreak alias Kejadian Luar Biasa (KLB) pertama kali di Eropa pada tanggal 23 April 2022.
Empat hari kemudian di Indonesia langsung bergerak mengeluarkan surat edaran kepada seluruh rumah sakit dan Dinas Kesehatan untuk segera melakukan surveillance dan monitoring.
Kasus kematian pada anak pun muncul di Indonesia.
Tiga anak yang sebelumnya dirawat di RSCM meninggal dunia setelah dirujuk dari sebuah rumah sakit di Jakarta Barat dan Jakarta Timur.
Kemenkes RI Didesak Jelaskan Secara Gamblang
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut sudah ada 15 kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya alias 'Acute Hepatitis of Unknown Aetiology'.
Namun dari 15 kasus tersebut Menkes tidak menyebut apakah masuk kategori terkonfirmasi, suspek atau probable.
Terkait hal tersebut, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan alangkah baiknya dijelaskan 15 kasus itu apakah termasuk klasifikasi WHO "probable", "epi-linked" atau masih "pending".
"Setidaknya akan baik kalau disebutkan bagaimana hasil pemeriksaan virus hepatitis A sampai E pada 15 kasus itu," ujar Prof Tjandra dalam pernyataannya kepada Tribun, Selasa(10/5/2022).
Tentu akan lebih baik lagi kata Prof Tjandra kalau dari 15 kasus itu disampaikan juga informasi hasil laboratorium virus lain, seperti SARS-COV-2, Adenovirus, Epstein Barr dll atau mungkin juga toksin, ada tidaknya autoimun dan lain-lain.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/200522-Prof-Tjandra.jpg)