250.000 Orang di Kota Lviv Hidup Tanpa Listrik

Sekitar 85.000 rumah tangga atau hampir 250.000 orang dibiarkan hidup tanpa listrik, hal ini dipicu serangan rudal yang diluncurkan Rusia

Editor: Lodie Tombeg
Tribunnews/DANIEL LEAL
Seorang wanita belajar cara menggunakan senapan serbu AK-74 saat pelatihan bela diri bagi sipil di pinggiran Lviv, Ukraina barat, Jumat (4/3/2022) waktu setempat. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Lvin - Sekitar 85.000 rumah tangga atau hampir 250.000 orang dibiarkan hidup tanpa listrik, hal ini dipicu serangan rudal yang diluncurkan Rusia untuk target di wilayah Lviv pada Selasa malam.

Seperti yang disampaikan Kepala Administrasi Militer Regional Lviv, Maksym Kozytskyi.

"Lebih dari 85.000 rumah tangga dan lebih dari 12 pemukiman benar-benar mati listrik. Lima pemukiman lainnya sebagian mati, sekitar 250.000 orang dibiarkan hidup tanpa listrik," kata Kozytskyi.

Dikutip dari laman Ukrinform, Jumat (6/5/2022), ia mengatakan bahwa pada Rabu pagi waktu setempat, sekitar 630 rumah tangga tetap dibiarkan tanpa listrik.

Wali Kota Lviv Andriy Sadovyi pun menyampaikan bahwa fasilitas medis di pusat regional segera dialihkan ke daya cadangan, yang membantu menghindari kemungkinan terjadinya masalah.

"Sistem pasokan air juga dialihkan ke catu daya cadangan, sekarang mereka telah kembali ke mode operasi normal," kata Sadovyi.

Sedangkan untuk korban dari serangan, kata dia, terdiri dari dua orang yang terluka di luar gardu listrik pada saat penyerangan terjadi.

Salah satunya adalah warga Zakarpattia berusia 58 tahun, yang mengalami pecah paru akibat benturan di dada dan sedang menjalani operasi.

"Sementara itu korban kedua berusia 24, menderita luka pecahan peluru di lengan dan kakinya, dokter pun telah mengeluarkan beberapa pecahan peluru, tidak ada ancaman terhadap nyawanya, namun operasi lain akan tetap diperlukan," jelas Sadovyi.

Perlu diketahui, ledakan itu tidak hanya telah merusak jendela-jendela di gedung-gedung dan tempat tinggal, namun juga jendela-jendela kaca patri di salah satu gereja serta merobohkan pintu-pintu dari garasi-garasi yang terletak di dekatnya.

Para pemimpin wilayah dan kota menekankan bahwa Rusia sengaja menyerang rantai pasokan, khususnya yang digunakan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dari Barat ke Timur Ukraina.

Sebelumnya pada Selasa malam waktu setempat, pembom strategis Tu-95 atau Tu-160 Rusia meluncurkan serangan rudal dari Laut Kaspia.

Dari 6 rudal jelajah yang diluncurkan, pasukan pertahanan udara Ukraina menembak jatuh 2 di atas wilayah Lviv.

Lalu dari rudal yang tersisa, 3 terkena gardu listrik traksi di wilayah Lviv, 1 di Zakarpattia.

Akibat serangan itu, hingga saat ini, terjadi penundaan jadwal kereta api.

Gardu listrik di wilayah Kirovohrad dan Dnipropetrovsk pun turut terkena rudal jelajah.

Rudal di Lviv Tewaskan 7 Orang

Berikut perkembangan terkini invasi Rusia ke Ukraina pada Senin (18/4/2022).

Menurut laporan CNN, pasukan Rusia membombardir kota-kota di seluruh Ukraina, yang terbaru terjadi di Lviv.

Di saat yang sama, pertempuran pecah di wilayah timur Ukraina.

Berikut sejumlah peristiwa dalam perang Rusia-Ukraina:

1. Rudal Hantam Lviv

Tujuh orang tewas dan sebelas terluka setelah Rusia meluncurkan setidaknya empat serangan rudal di Lviv, kata gubernur militer regional Maksym Kozytskyy.

Setidaknya satu serangan menghantam sebuah bengkel ban.

Kozytskyy mengatakan, jumlah korban bisa meningkat karena evakuasi masih dilakukan.

Wali kota Lviv, Andrii Sadovyi, sebelumnya mengatakan bahwa wilayahnya dihantam "lima tembakan misil".

Penyerangan juga dilaporkan di Dnipro, menyebabkan dua orang terluka dan menghancurkan infrastruktur kereta api.

2. Sekira 200 Ribu Warga Rusia Terancam Menganggur
Petugas polisi memblokir akses ke Lapangan Merah selama protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina di Moskow tengah pada 2 Maret 2022.

Sekitar 200.000 orang berisiko kehilangan pekerjaan di ibu kota Rusia menyusul hengkangnya perusahaan asing dari negara itu, tulis Wali Kota Moskow Sergey Sobyanin dalam sebuah postingannya di blog pada Senin.

Lebih lanjut, Sobyanin mengatakan pihak berwenang akan terus menerapkan rencana untuk mendukung pekerja yang berisiko menganggur, dengan menggelontorkan dana 3,36 miliar rubel (41 juta dolar).

"Rencana untuk meningkatkan kesinambungan ekonomi ibu kota terus kami implementasikan. Sesuai rencana, minggu lalu kami menyetujui program untuk mendukung karyawan yang berisiko dipecat.

Dengan mempertimbangkan subsidi dari anggaran federal, 3,36 miliar rubel akan dialokasikan untuk implementasinya."

"Pertama-tama, program ini ditujukan kepada karyawan perusahaan asing yang menghentikan sementara kegiatan mereka atau memutuskan untuk meninggalkan Rusia. Menurut perkiraan kami, sekitar 200.000 orang berisiko kehilangan pekerjaan," tulis Sobyanin.

Rencana bantuan ketenagakerjaan mencakup pelatihan, pekerjaan sementara dan pekerjaan umum, dan insentif untuk organisasi dan perusahaan yang mempekerjakan pekerja ini, tambahnya.

3. Serangan di Timur Ukraina

Pejabat Ukraina dan Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan aksi militer yang meluas dan peningkatan pertempuran di timur selama 24 jam terakhir.

Para pejabat Ukraina mengatakan, pasukannya telah menggunakan mortir, artileri, dan menembakkan beberapa peluncur roket.

Sementara Rusia mengatakan pasukannya telah menggunakan rudal presisi yang diluncurkan dari udara.

4. Marinir Kirim Surat untuk Paus Fransiskus

Komandan unit Marinir Ukraina di kota Mariupol yang terkepung, menulis surat kepada Paus Fransiskus, memohon agar dia menyelamatkan orang-orang yang tersisa di kota itu.

"Saya belum melihat seruan Anda kepada dunia dan saya belum membaca semua pernyataan terakhir Anda, saya telah berjuang selama lebih dari 50 hari dalam pengepungan penuh dan yang saya punya waktu hanyalah pertempuran sengit untuk setiap meter dari kota yang dikelilingi oleh musuh," tulis Mayor Serhii Volyna, komandan Brigade Marinir Terpisah ke-36, dalam suratnya yang dirilis situs Ukrainska Pravda.

Volyna mengaku siap "berjuang sampai akhir" meskipun artileri dan tembakan roket tak berhenti, hingga kekurangan air, makanan dan obat-obatan.

"Anda mungkin telah melihat banyak hal dalam hidup Anda. Tapi saya yakin Anda belum pernah melihatnya. apa yang terjadi di Mariupol. Karena seperti itulah neraka di Bumi," ujarnya.

Ia menyebut para wanita dan anak-anak yang bersembunyi di bunker harus kelaparan dan kedinginan.

Setiap hari, mereka menjadi sasaran serangan udara musuh.

Orang-orang yang terluka akan meninggal karena tidak ada obat, air dan makanan.

"Bantu selamatkan mereka. Setelah pemboman teater drama, tidak ada yang percaya penjajah Rusia. Bawa kebenaran ke dunia, evakuasi orang dan selamatkan hidup mereka dari tangan Setan, yang ingin membakar semua makhluk hidup," imbuhnya.

5. Rusia Usir Diplomat Bulgaria

Moskow mengusir karyawan Kedutaan Bulgaria, lapor Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan pada Senin (18/4/2022).

Kementerian mencatat, tindakan ini merupakan balasan terhadap keputusan Bulgaria pada Maret lalu yang menyatakan 10 diplomat Kedutaan Besar Rusia di Sofia sebagai "persona non grata."

6. Zelensky Tak akan Serahkan Ukraina Timur

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku tidak akan menyerahkan wilayah timurnya untuk mengakhiri perang dengan Rusia.

Ia juga menyatakan bahwa militer Ukraina siap melawan pasukan Putin di wilayah Donbas.

7. Pertempuran di Mariupol

Pasukan Ukraina terus melawan serangan Rusia di kota tenggara yang terkepung setelah menolak untuk menyerah.

Pasukan Rusia membombardir pabrik baja Azovstal, benteng pertahanan Ukraina, kata Petro Andriushchenko, penasihat wali kota.

Andriushchenko sebelumnya mengatakan bahwa Mariupol akan ditutup untuk masuk dan keluar mulai Senin, karena pasukan Rusia mengeluarkan izin untuk bergerak.

Dia juga mengatakan, pria Ukraina akan menjadi sasaran "penyaringan", direlokasi untuk diperiksa oleh pasukan Rusia. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 250.000 Orang Hidup Tanpa Listrik Gara-gara Serangan Rudal Rusia di Wilayah Lviv

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved