Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Dunia III di Depan Mata, 100.000 Pasukan AS Siaga Tinggi di Eropa
Saat ini ada 100.000 pasukan Amerika Serikat (AS) di Eropa untuk menahan invasi Rusia. Pasukan tersebut disiagakan NATO untuk meningkatkan kehadiran.
Kepulan asap pun terlihat di atas Lviv saat layanan gawat darurat merespons ledakan tersebut.
Wali Kota Lviv Andriy Sadoviy seperti dikutip dari ABC News, mengungkapkan rudal Rusia mengenai area di dekat bandara.
Tetapi ia menegaskan, serangan tak mengenai bandara tersebut.
Ia menambahkan, beberapa rudal menghancurkan bangunan di pabrik perbaikan pesawat.
Operasi pabrik tersebut telah dihentikan sebelum serangan terjadi, dan tak ada korban jiwa akibat serangan tersebut.
Lviv, hanya berjarak 70 km dari perbatasan Polandia dan menjadi salah satu tujuan dari warga Ukraina yang melarikan diri dari serangan Rusia.
Menurut Sadoviy, saat ini sekitar 200.000 orang yang mengungsi secara internal berada di Lviv.
Pada Senin (14/3/2022), Sadoviy mengungkapkan, Lviv telah mencapai kapasitas maksimalnya.
Ia pun meminta organisasi kemanusiaan internasional untuk memberikan bantuan.
Sedangkan sekitar 50.000 orang melewati stasiun kereta Lviv dalam sehari.

Sementara itu, sebuah ledakan dan asap juga terlihat dari sebelah utara ibu kota Ukraina, Kiev, pada Jumat pagi.
Tapi tak ada informasi resmi mengenai serangan tersebut.
Amerika Tuduh Putih Diktator
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden kian geram dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Biden kini menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai diktator kejam dan "penjahat betulan".
Hal itu dia katakan saat berbicara dalam acara Hari St Patrick, di Gedung Capitol, Washington, Kamis (17/3/2022) waktu setempat.
Pada acara makan siang tahunan Friends of Ireland di Capitol Hill, Biden mengatakan Putin adalah seorang diktator kejam, dan penjahat betulan yang mengobarkan perang tidak bermoral melawan rakyat Ukraina.
Biden juga mengatakan Irlandia "bangkit" menghadapi agresi Rusia terhadap Ukraina.
Dia mengatakan hubungan antara Irlandia dan Amerika Serikat berada di wilayah yang lebih intens dan kooperatif daripada yang pernah ada karena netralitas Irlandia.
“Putin membayar mahal untuk agresinya, dan itu adalah bagian dari alasan mengapa biayanya menjadi sangat tinggi,” kata Biden, seperti dilaporkan CNN, Jumat (18/3/2022).